REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Mantan Dirjen Perhubungan Darat Soejono menilai, kondisi transportasi nasional, khususnya moda angkutan jalan trennya makin amburadul. Ini karena regulasi dikalahkan oleh kepentingan para pengusaha, pembuat regulasi maupun penegak hukum.
Kondisi tersebut menurut Soejono di Jakarta, Rabu menyebabkan pelayanan kepada masyarakat kian terabaikan, jalan makin tidak efisien dan perekonomian terancam terhambat pertumbuhannya.
Ia memberikan contoh, untuk angkutan barang yang mengangkut jeruk Medan ke Jakarta, total biaya yang harus dikeluarkan untuk aneka pungutan di lintas timur Sumatera saja sudah mencapai Rp3,2 juta, belum termasuk biaya jasa calo di jembatan penyeberangan Merak-Bakauheni agar cepat dilayani Rp300 ribu.
"Akibatnya jeruk Medan bisa dijual di Jakarta dan sekitarnya sangat mahal, sedangkan jeruk impor asal Taiwan jauh lebih murah," katanya. Tidak hanya itu, masalah muatan lebih oleh armada angkutan barang di dalam negeri, makin tidak jelas penyelesaiannya. "Harusnya fungsi jalan timbang dikembalikan dan dikendalikan secara terpusat lagi serta tidak ada toleransi lagi untuk muatan lebih," katanya.
maju," katanya.
Tidak hanya itu, lanjutnya, karena tidak adanya pengendalian dan pengawasan tersebut, saat ini makin sering terjadi kecelakaan di jalan yang melibatkan truk. "Umumnya terjadi di daerah rawan tanjakan. Truk jebol remnya karena bebannya berlebih, kondisi jalan juga rusak. Kecelakaan makin sering terjadi," katanya.
Oleh karena itu, dia mendesak agar pemerintah kembali mewujudkan sinergi antar moda dan pengendalian di jalan menjadi lebih baik lagi antara lain dengan mengembangkan transportasi massal seperti Kereta Api dan angkutan laut agar beban angkutan jalan berkurang.