REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Jangan sampai lengah mengawasi makanan yang dibeli anak di luar rumah. Jajanan atau makanan yang dijual di sekitar sekolah banyak yang tidak sehat, karena mengandung bahan kimia berbahaya, kata Direktur Pengawasan dan Penyuluhan Keamanan Pangan Badan Pengawasan Obat dan Makanan, Bosar Pardede.
"Sejak 2010 diketahui sekitar 44 persen jajanan yang ada di sekolah tidak sehat. Jajanan itu mengandung bahan-bahan kimia berbahaya seperti boraks, formalin, rodhamin A, dan rodhamin B," katanya dalam seminar Aku Anak Sehat, di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, kondisi itu memprihatinkan. Persoalan jajanan di sekolah merupakan masalah klasik yang memerlukan peran berbagai pihak untuk terus menurunkan persentasenya.
"Peran orang tua, guru di sekolah, dan pemahaman siswa maupun pelaku penjual jajanan itu sendiri sangat penting dalam upaya mewujudkan jajanan sehat di sekolah. Jadi, tidak bisa hanya BPOM yang menangani masalah itu," katanya.
Berkaitan dengan hal itu, menurut dia, pada 31 Januari 2011 Wakil Presiden Boediono telah mencanangkan gerakan menuju jajanan anak sekolah yang bermutu dan bergizi.
"Kami mengharapkan pencanangan itu didukung penuh oleh peran semua pihak dan lintas sektoral agar jajanan anak sekolah yang bermutu dan bergizi dapat terwujud," katanya.
Ia mengatakan, BPOM sejak 2009 bersama dengan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) telah melakukan bimbingan teknis di kantin sekolah.
Dalam kegiatan itu, menurut dia, disalurkan dana "block grant" kepada 288 sekolah di seluruh provinsi di Indonesia dengan jumlah dana setiap sekolah sebesar Rp25 juta.
Namun, akibat keterbatasan dana, pada 2010 hanya disalurkan untuk 165 sekolah. Jumlah bantuannya sebesar Rp25 juta per sekolah.
"Pada tahun ini bimbingan teknis hanya diberikan kepada 100 sekolah di 10 kabupaten dan kota Indonesia dengan besaran dana setiap sekolah sama seperti tahun sebelumnya," katanya.