REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON – Sebanyak lima pemuda terduga terlibat aktivitas Negara Islam Indonesia (NII) dibebaskan. Mereka tidak terbukti melakukan aktivitas yang terindikasi makar atau terlibat NII. “Sampai saat ini belum ada indikasi ke arah NII,” kata Kapolres Cilegon, AKBP Umar S Fana, Rabu (18/5).
Umar menegaskan, kelima pemuda penghuni kontrakan Komplek Perumahan Damai, Desa Kali Timbang, Kecamatan Cibeber, Kota Cilegon, Banten itu bukan ditangkap, melainkan hanya diamankan. “Khawatir jadi sasaran anarkis warga,” kata Umar.
Polisi mengamankan mereka karena telah mengendus adanya rencana warga yang akan melakukan penyerangan ke rumah tersebut. “Ini hanya langkah antisipasi saja,” kata Umar lagi.
Kelima pemuda tersebut bernama Nasruddin (22 tahun), Sanari (25), Septian (17), Ikhsan (20), dan Mubarok (21). Mereka sempat menjalani pemeriksaan intensif di Mapolres Silegon. Selain mengamankan mereka, polisi juga menyita sejumlah barang bukti, antara lain sejumlah buku tentang jihad, satu unit komputer, spanduk, dan struktur organisasi Komunitas Remaja Kreatif (Korek).
Menurut Umar, meski telah bebas, namun pihaknya terus memantau aktifitas kelima pemuda tersebut di wilayahnya. “Masih dalam pendalaman Polres Cilegon,” kata Umar.
Sebelumnya, penghuni Komplek Damai Indah, Mazwar (34), mengungkapkan di rumah kontrakan yang dihuni kelima pemuda itu sering diadakan pengajian tertutup. Bahkan warga luar komplek banyak yang ikut dalam pengajian tersebut. “Rumah itu sering ada pengajian warga dari luar komplek, jumlah mereka banyak,” kata Mazwar.
Karena sering ada pengajian yang tertutup, warga mulai mempertanyakan aktivitas kelima pemuda itu. Warga sempat berencana untuk mendatangi mereka. Namun, rencana urung dilakukan karena polisi lebih dahulu menggerebek rumah kontrakan tersebut dan menangkap lima orang penghuninya.
Herman, pemilik kontrakan yang dihuni kelima permuda tersebut, mengaku mengontrakkan rumahnya kepada Nasruddin, salah seorang pemuda yang diamankan polisi. Dia juga mengetahui kalau rumahnya kerap dijadikan tempat pengajian. ”Yang saya tahu memang sering ada pengajian di rumah itu,” kata Herman.