REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menolak rencana peringatan hari kemerdekaan Israel di Indonesia yang akan digelar oleh kelompok tertentu. "Kami keberatan kalau ada acara merayakan hari lahir Israel di Indonesia," kata Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj di sela-sela Temu Wicara Mahkamah Konstitusi dengan PP Muslimat Nahdlatul Ulama di Jakarta, Jumat (13/5).
PBNU mendesak Polri tidak memberikan izin terhadap acara yang berpotensi memancing keributan tersebut. "Polisi jangan mengizinkan acara itu. Kalau ada reaksi keras bisa timbul keributan," katanya.
Said Aqil menegaskan, penolakan perayaan kemerdekaan Israel bukan berarti penolakan terhadap Yahudi. "Harus dibedakan antara Yahudi sebagai agama dan zionis yang mendirikan negara Israel," katanya.
Sebagai agama, katanya, Yahudi harus dihormati sebagaimana agama-agama yang lain. "Tapi zionis yang mendirikan Israel yang zalim, tentu kita tidak setuju," kata Said Aqil.
Hari yang dianggap sebagai hari kemerdekaan Israel, kata Said Aqil, justru dianggap sebagai hari tragedi bagi Palestina. Sementara itu, Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa menyatakan, peringatan kemerdekaan Israel yang dianggap sebagai pembelajaran untuk menghormati perbedaan adalah mengada-ada. "Apa kita dianggap kurang pintar karena menolak penjajahan yang dilakukan Israel atas Palestina?," katanya.