REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Forum Ulama Umat Islam (FUUI) meminta dilakukan investigasi menyeluruh terhadap pondok pesantren Al-Zaytun. Kesaksian yang mereka dapatkan, menunjukkan pondok itu menjadi markas Negara Islam Indonesia (NII) gadungan di bawah Panji Gumilang. "Kalau ajaran tahun pertama dan kedua (di tingkat SMP, red), memang tak akan menyimpang dan membuat siswa berubah," kata Ketua FUUI, Athian Ali, Senin (9/5).
Menurut dia, kebijakan Panji Gumilang memang tak mengajarkan doktrin NII di tingkat awal. Kesaksian dari salah satu mantan guru pondok itu, yang juga anggota NII, dia pernah ditegur langsung oleh Panji Gumilang saat mengajarkan doktrin NII di tingkat I. "Janganlah anak yang baru belajar berjalan kau ajak berlari," ungkap Athian menirukan perkataan guru tersebut.
Pengajaran doktrin baru dilakukan di tingkat SMA, setelah para orang tua 'tanpa sadar' diikat dengan perjanjian bahwa anaknya akan melanjutkan tingkat SMA di pondok itu selulus dari SMP. Investigasi, kata Athian, justru pernah dilakukan oleh kementerian agama Malaysia. Kesimpulan negeri jiran itu, mengatakan ajaran pesantren Al-Zaytun adalah sesat, dan meminta seluruh siswa dari Malaysia dipulangkan. Karena jika tidak, ijazah Al-Zaytun tidak akan pernah diakui di sana. "Kita malah lambat sekali," keluh Athian
Dari beragam kesaksian mantan anggota NII yang dikantongi FUUI, mayoritas guru pesantren itu adalah anggota teritorial NII. Hanya untuk pelajaran yang tak dikuasai anggotanya, NII merekrut guru dari ITB, Unpad, IPB, dan perguruan tinggi lain. "Guru di luar NII ini tidak tahu apa-apa mengenai gerakan terselubung di dalamnya," kata dia. Sepertiga murid pesantren itu juga adalah anak dari anggota NII.
Menurut Athian, salah satu penyebab banyak tokoh NII keluar, adalah aliran dana yang terlalu besar untuk Al-Zaytun. "Sementara tak ada kegiatan mewujudkan NII yang dicita-citakan, dan bahkan mereka yang harus bersedekah besar masih saja hidup dalam kemiskinan," kata dia.
Intelijen di Balik NII
Athian mengatakan dugaan keterkaitan intelijen dengan NII gadungan ini, antara lain diperlihatkan Hendropriyono, mantan Kepala BIN. "Dia (saat masih menjadi Kepala BIN) dengan lantang mengatakan siapapun yang berani mengganggu Al Zaytun akan digebuk," kutip Athian.
Ancaman tersebut sudah diadukannya ke Mabes Polri, ketika itu. Kalau dalih Hendropriyono atas pernyataan itu adalah perhatian dia terhadap pesantren, Athian menepisnya. "Kalau dia konsen ke pesantren, kenapa hanya itu yang dibantu dengan luar biasa. Sementara banyak pesantren lain," ujar dia.