REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pertemuan Puncak ASEAN ke-18 kali ini dimanfaatkan Indonesia sebagai peluang untuk menggalang dukungan dan membagi pengalaman dengan internasional terkait cara penumpasan aksi bajak laut.
Menteri Luar Negeri, Marty Natalegawa menuturkan Indonesia bersama Malaysia dan Singapura adalah tiga negara yang menjadi korban aksi bajak laut di perairan Somalia. Kasus serupa dapat saja terjadi di perairan selat Malaka yang juga menjadi jalur laut internasional. "Kita berbagi pengalaman dalam menyelesaikan kasus itu," kata Marty, Ahad (8/5).
Apalagi beberapa waktu lalu kapal milik Indonesia MV Sinar Kudus telah dibajak di perairan Somalia selama 46 hari dan para pembajak telah menahan ke-20 awak kapal Indonesia tersebut. Setelah melalui negosiasi yang alot Indonesia berhasil membebaskan seluruh awak kapal dan kapalnya pada 1 Mei lalu.
Sejak tahun 2004 Indonesia, Singapura dan Malaysia telah bekerja sama dalam menangani bajak laut di perairan selat Malaka. Kerja sama itu dibuat dalam perjanjian trilateral dengan melakukan partoli bersama tiga negara
Masalah bajak laut menjadi salah satu topik utama yang dibahas dalam pertemuan Puncak ASEAN yang berlangsung 7-8 kemarin. Dalam pertemuan itu, para pejabat tinggi ASEAN juga membahas masalah aktual lainnya seperti konflik perbatasan Thailand Kamboja, penumpasan teror, penyelundupan manusia, hingga upaya pencegahan konflik.
Menurut Marty, dalam 5 bulan terakhir, para menlu ASEAN telah melakukan 5 kali pertemuan untuk membahas sejumlah masalah penting. Hal itu mencerminkan besarnya perhatian seluruh anggota ASEAN dalam menyikapi perubahan internasional yang terjadi. Kondisi ini tidak pernah terjadi pada periode sebelumnya.