Jumat 06 May 2011 22:08 WIB

RI-Jepang Bahas Penelitian Soal Bencana

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Kementerian Riset dan Teknologi bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia berkerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA) dan Japan Science dan Technology (JST) mengevaluasi penelitian kebencanaan hasil kerja sama kedua belah pihak. "Tujuan utama kerja sama adalah meningkatkan kemampuan peneliti kedua negara dalam memprediksi bencana dan meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat terhadap bencana gempa bumi, tsunami dan gunung berapi," kata Direktur Proyek LIPI-JICA Prof Dr Hery Harjono pada pertemuan Joint Coordinating Committee (JCC) yang digelar di Jakarta, Jumat (6/5).

Ia mengungkapkan bahwa kerja sama dalam bidang penelitian kebencanaan ini sudah berlangsung sejak 2009 dengan tema Program Multidisiplin dalam Pengurangan Bahaya Gempa Bumi dan Gunung Api di Indonesia dan akan berakhir pada April 2012. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dengan University of Tokyo sebagai koordinator pelaksanaan proyek kemitraan tersebut.

Ia mengutarakan bahwa kerja sama penelitian yang telah berjalan selama dua tahun ini telah banyak memperoleh hasil yang berkaitan dengan bencana gempa bumi dan gunung api. "Sepanjang itu telah terjadi peristiwa-peristiwa gempa bumi maupun letusan gunung api, baik di Indonesia maupun Jepang. Peristiwa terakhir adalah letusan Merapi, gempa Mentawai pada Oktober 2010, serta gempa Jepang pada Maret 2011," ungkapnya.

Ia mengatakan bahwa peristiwa yang terjadi di Indonesia dan Jepang merupakan pembelajaran yang bisa menambah pengetahuan akan karakter deformasi bumi yang terkait dengan pelepasan energi, baik melalui aktivitas gunung api maupun gempa bumi.

"Sebagai salah satu contoh penelitiannya, gempa Mentawai yang belum lama terjadi digolongkan dalam klasifikasi 'slow earthquake' di mana getaran tidak begitu terasa sehingga masyarakat menganggap tidak akan terjadi tsunami," tambahnya.

Dalam kerja sama ini akan dibahas pula rencana penelitian di wilayah Sendai, Jepang, yang mengalami kerusakan terparah akibat gempa pada bulan Maret lalu. "Beberapa peneliti Indonesia akan berada di Jepang pada tanggal 25-31 Mei 2011 untuk kunjungan prasurvei," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement