REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Upaya pembebasan 13 Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi anak buah kapal (ABK) di kapal MT Gemini masih terganjal kesulitan komunikasi yang dilakukan pihak Singapura terhadap kapal mereka.
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, mengatakan upaya pembebasan 13 ABK di kapal MT Gemini berbendera Singapura yang dibajak oleh perompak Somalia di perairan Kenya itu tentu berbeda dari pembebasan 20 WNI di kapal Sinar Kudus.
Pembebasan 13 WNI yang menjadi ABK di kapal MT Gemini itu, lanjut dia, tentu harus bekerjasama erat dan berkoordinasi dengan Singapura. "Pihak Singapura masih kesulitan menjalin kontak dengan kapal mereka, namun pihak Singapura menegaskan akan terus berkomunikasi dengan pihak pemerintah Indonesia," ujarnya.
Meski demikian, Marty menegaskan, Indonesia tidak akan melemparkan masalah pembebasan tersebut kepada Singapura. Pemerintah Indonesia, lanjut dia, tetap berkewajiban untuk memberikan bantuan dalam upaya pembebasan kapal tersebut.
"Ini adalah kewajiban pemerintah untuk memberikan bantuan pelepasan warga kita. Namun, kali ini kita harus bekerjasama dengan pemerintah Singapura," ujarnya.
Pemerintah, menurut Marty, sampai saat ini sangat peduli dengan upaya pembebasan 13 WNI di kapal MT Gemini dan selalu berharap kerjasama yang baik dari pemerintah Singapura sehingga para ABK kapal tersebut bisa segera dibebaskan.
Pihak Singapura, lanjut dia, berjanji untuk segera memberitahu pemerintah Indonesia apabila kontak ke kapal MT Gemini yang membawa lebih dari 28 ribu minyak mentah kelapa sawit dari Indonesia ke Mombasa, Kenya, itu telah berhasil dilakukan.
Kapal MT Gemini berisi kapten dan 3 kru dari Korea Selatan, 13 WNI, 3 warga negara Myanmar dan 5 warga China. Kemlu Korsel langsung membentuk tim tanggap darurat di Seoul, Singapura dan Kenya, untuk membebaskan MT Gemini dan kru melalui misi penyelamatan yang dipimpin Singapura.