Senin 11 Apr 2011 19:59 WIB
Pembajakan Kapal MV Sinar Kudus

Hasyim Muzadi: Kirim Saja TNI untuk Bebaskan ABK Sinar Kudus

Rep: yogie ardhi cahyadi/ Red: taufik rachman

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Sekretaris Jenderal International Conference of Islamic Scholars (ICIS) KH Hasyim Muzadi mendesak pemerintah mengirimkan Tentara Nasional Indonesia (TNI) untuk membebaskan awak kapal Sinar Kudus yang disandera perompak di Somalia.

"Pemerintah harus tegas. Kirim kekuatan militer ke sana. Kalau tidak, negosiasi akan bertele-tele dan sangat mahal," kata Hasyim di Jakarta, Senin (11/4).

Dikatakan Kiai Hasyim, Duta Besar Somalia untuk Indonesia Muhammad Alu pun menyarankan pemerintah Indonesia menggunakan kekuatan militer untuk membebaskan anak buah kapal  (ABK) Sinar Kudus. "Dubes Somalia menyarankan TNI AL menyerang perompak agar negosiasi lebih gampang," kata Hasyim yang telah mengadakan pertemuan dengan Muhammad Alu di kediaman Dubes Somalia untuk Indonesia di Jakarta, Sabtu(9/4).

Turut dalam pertemuan itu Presiden Direktur PT Samudera Indonesia Masli Mulya, Direktur Pelayaran Adham (Direktur), dan ulama Sudan terkemuka Syekh Syarif Ahmad yang sangat memahami kondisi Somalia.

Dalam pertemuan itu, kata Hasyim, Muhammad Alu menjelaskan bahwa perompak Somalia sudah merupakan sindikat internasional, dan perairan yang dikuasai perompak merupakan zona yang tidak berada dalam kontrol pemerintah setempat. "Jadi Somalia hanya jadi tempat parkir sindikat preman internasional. Pemerintah Somalia tidak dapat mengontrol," tandas Kiai Hasyim.

Karena itu, lanjutnya, pemerintah Somalia tidak keberatan jika militer Indonesia turun tangan langsung menghadapi perompak di perairan mereka. Mengutip penjelasan Muhammad Alu, Hasyim mengatakan, selama ini kapal-kapal dagang berbagai negara yang melintas di perairan Somalia selalu dikawal kapal perang negara yang bersangkutan untuk berjaga-jaga dari serangan perompak. "Negara-negara yang berdagang melalui lautan bebas Somalia sekarang semua menggunakan kawalan militer, kecuali Indonesia," kata mantan Ketua Umum PBNU itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement