REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA - Pemimpin Redaksi Republika, Nasihin Masha, mengatakan bahwa Republika dengan sadar memilih Tokoh Perubahan karena Indonesia butuh individu-individu pioner yang bisa melakukan perubahan sosial. Semuanya bermuara bagi kemajuan dan kejayaan negeri.
''Pada titik inilah kita bukan sekadar memilih apa yang dia lakukan, tapi juga menilai apa dampaknya bagi masyarakat,'' kata Nasihin.
Tokohnya bisa siapa saja: orang-orang yang memiliki jabatan di pemerintahan, pengusaha, seniman, tokoh agama, atau sesiapapun dia. Yang penting adalah apa yang dia lakukan, dan apa dampaknya bagi masyarakat.
Lewat anugerah ini, Republika berharap terjadi resonansi. Ada repetisi dan histeria. Selain itu, dalam skala mikro, masyarakat memang harus mengapresiasi orang-orang yang telah berbuat perubahan ini.
''Orang-orang yang lebih memilih berbuat, kadang sunyi dari hiruk pikuk. Mereka lebih suka tangannya berlumur lumpur daripada sibuk membedaki wajah,'' katanya. ''Tugas kitalah untuk membunyikannya agar dunia tahu: ini lho tokoh kita. Tokoh Perubahan. Dengan demikian, kita pun menjadi tak tertipu oleh orang-orang yang cuma pandai menggunakan media untuk membangun popularitas belaka.''