REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Forum Masyarakat Peduli Parlemen (Formappi) menilai ada kesenjangan hubungan antara anggota DPR dengan konstituen, yang tercermin dari hasil survei yang menunjukkan mayoritas responden merasa tidak terwakili oleh DPR. Survei Formappi terhadap 564 orang yang disampaikan Koordinator Formappi Sebastian Salang di Jakarta, Selasa (22/3), memperlihatkan hanya tujuh persen atau 39 responden yang merasa terwakili oleh DPR dan 93 persen atau 525 orang merasa tidak terwakili.

"Ini catatan yang sangat serius. Lalu pertanyaannya DPR sekarang mewakili siapa kalau hasil surveinya seperti itu," kata Sebastian, saat mempublikasikan hasil survei Formappi yang dilaksanakan pada 13 Januari hingga 7 Februari di kawasan Jakarta Selatan dan Jakarta Utara.

Lebih jauh, dalam surveinya Formappi juga menanyakan pada responden tentang wakil-wakil mereka di DPR. Hasilnya 72 persen atau 406 responden tidak ingat siapa wakilnya di DPR, dan hanya 28 persen atau 158 responden saja yang masih mengingat wakil mereka.

Responden yang tidak ingat pada wakilnya, sebagian besar mengaku tidak terwakili oleh DPR. Pola serupa juga terjadi bagi responden yang mengingat wakilnya di DPR, bahwa mayoritas dari mereka juga tidak merasa terwakili. "Ini memperlihatkan ada kesenjangan yang luar biasa antara orang yang memilih dengan wakil yang terpilih," katanya.

Hasil survei ini, lanjut dia, menunjukkan ada gejala kesenjangan antara peran perwakilan rakyat oleh DPR dengan perasaan terwakili oleh masyarakat. Formappi berpandangan lebih dari satu tahun DPR mengemban amanat rakyat, DPR justru sibuk dengan agendanya sendiri daripada memperjuangkan aspirasi rakyat.

Meski anggota DPR menegaskan diri mewakili rakyat, kenyataannya masyarakat belum merasa terwakili. "Maka yang harus dilakukan DPR adalah mendekatkan diri dengan rakyat sebagai konstituen utama mereka supaya tugas dan fungsi mereka mewakili rakyat dan memperjuangkan aspirasi mereka benar-benar dirasakan manfaatnya," katanya.

Ikuti Whatsapp Channel Republika