Jumat 18 Mar 2011 15:09 WIB

Imparsial Sebut Intelijen Lemah Deteksi Teror Bom

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Imparsial menilai peristiwa teror bom yang belakangan ini terjadi di kalangan masyarakat tidak terlepas dari kelemahan intelijen untuk mendeteksi aksi-aksi teror. "Teror bom yang terjadi di kawasan Utan Kayu, Jakarta Timur, Kantor BNN dan lainnya terjadi karena lemahnya intelijen kita yang kurang sigap dan kurang canggih peralatannya," kata Direktur Eksekutif Imparsial Poengky Indarti, saat jumpa pers di Jakarta, Jumat (18/3).

Karena itu , lanjut Poengky Indarti , reformasi aparat intelijen melalui pembentukan undang-undang intelijen merupakan keharusan dan kebutuhan. Imparsial meyakini peristiwa teror bom bukan merupakan tindakan kriminal biasa, tetapi lebih memiliki motif politis tertentu mengingat tindakan tersebut bertujuan untuk memberikan rasa takut dan kegelisahan yang meluas di masyarakat, yang dilakukan secara terencana dan sistematis serta dilakukan oleh orang atau kelompok yang memiliki keahlian dan pengalaman dalam melakukan teror bom.

Menurut dia, adanya teror bom yang terjadi di kawasan Utan Kayu dan mulai dialami masyarakat umum seperti tokoh Pemuda Pancasila Yapto Soeryosumarno dan penyanyi Ahmad Dhani diduga ada pengaburan untuk meledek aparat kepolisian. "Indikasinya seperti itu. Ini merupakan tantangan kepolisian untuk mengungkap siapa pelaku teror bom tersebut," katanya.

Direktur Program Imparsial, Al Araf, meminta Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Arsyad Mbai untuk tidak menyampaikan motif tunggal terjadinya peristiwa teror bom, yakni pelakunya merupakan kelompok radikal lama. Menurut dia, ada beberapa motif terjadinya teror bom, yakni tebar ancaman terhadap pembela HAM dan sendi-sendi pluralisme; dampak dari konflik elit politik atau aktor di luar yang masih memiliki kuasa politik dan uang; menciptakan instabilitas politik dan keamanan; kelompok radikal lama yang selama ini menginginkan terbentuknya negara Islam dan konflik internal dalam tubuh lembaga keamanan.

"Ada upaya pemaksaan dari Kepala BNPT dalam menyampaikan motif terjadinya peristiwa teror bom. Seharusnya, pelaku teror bom ditangkap terlebih dahulu, baru menyampaikan motif terjadinya peristiwa itu," kata Araf.

Oleh karena itu, Imparsial mendesak aparat kepolisian agar bekerja lebih cepat, tepat dan profesional dalam upaya menangkap pelaku dan otak dibalik teror bom. "Hal ini penting bukan hanya untuk menemukan motif yang sesungguhnya tetapi juga untuk memberikan kepastian rasa aman di masyarakat," ujar Al Araf.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement