Sabtu 05 Mar 2011 08:30 WIB

Bank Dunia dan PBB Luncurkan Kompetisi Pemulihan Pascabencana

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Bank Dunia dan Strategi Internasional Bencana PBB (ISDR) meluncurkan kompetisi bagi berbagai pihak yang dapat mendeskripsikan praktik atau peralatan yang dapat digunakan dalam tahap rekonstruksi atau pemulihan pascabencana. Siaran pers Bank Dunia yang diterima di Jakarta, Jumat malam menyebutkan, lima peserta kompetisi yang dinilai paling inovatif akan mempresentasikan karya mereka pada Konferensi Rekonstruksi Dunia (WRC) yang akan digelar di Jenewa, Swiss, 10 - 13 Mei 2011.

"Respons inovatif lokal telah memainkan peran kunci dalam menentukan seberapa baik masyarakat menghadapi peristiwa bencana alam yang meluluhlantakkan. Kami ingin belajar dan membangun pengalaman lokal itu beserta solusinya," kata Direktur Departemen Keuangan, Ekonomi, dan Pengembangan Urban Bank Dunia, Zoubida Allaoua.

Saat ini, Zoubida menilai terdapat berbagai pendekatan inovatif baru yang muncul dalam beberapa tahun terakhir dalam mengatasi sejumlah tantangan yang kerap dihadapi dalam menghadapi keadaan pascabencana. Ia mencontohkan, setelah gempa bumi Haiti, para pekerja kemanusiaan ada yang menggunakan Ushahidi, program pemetaan krisis "online" yang pernah digunakan beberapa tahun sebelumnya di Kenya untuk memetakan kekerasan politik.

Dengan menggunakan Ushahidi, pekerja kemanusiaan di lapangan dapat mengumpulkan informasi dari laporan berita dan sumber lainnya terkait dengan kebutuhan mendesak yang dibutuhkan pascagempa termasuk upaya penyelamatan, makanan dan minuman, serta peralatan pengobatan. Koordinat yang ditunjukkan oleh program tersebut kemudian ditelusuri di peta sehingga para pekerja kemanusiaan dapat mengirimkan tim penyelamat ke tempat itu.

Tenggat waktu untuk pendaftaran Kompetisi Inovasi WRC adalah 15 Maret 2011. Sedangkan informasi lebih lanjut dapat mengunjungi situs www.wrc-2011.org. Pada 2010, terdapat 373 peristiwa bencana alam yang menewaskan lebih dari 300 ribu orang serta berdampak kepada 20 juta orang lainnya serta mengakibatkan kerugian ekonomi yang diperkirakan hampir mencapai sebesar 110 miliar dolar AS.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement