REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto, menengarai rentetan aksi kekerasan yang terjadi di beberapa daerah akibat rasa frustasi masyarakat, khususnya pemuda akibat sulitnya mencari lapangan pekerjaan. Karena tak memiliki aktivitas produktif itulah mereka mudah sekali dipanas-panasi oleh pihak tertentu yang ingin mengganggu stabilitas keamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Ini tugas pemerintah mempercepat kemandirian ekonomi agar lapangan kerja tersedia. Jika tidak cepat diupayakan akan muncul keresahan-keresahan di masyarakat. Dan pemuda menganggur akan mudah dihasut untuk bebruat kekerasan,” ujar Prabowo saat menghadiri acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-3 Gerindra di Surabaya, Ahad (20/2).
Ia menganalisis bahwa terjadinya konflik yang disebut-sebut berlatar belakang SARA (suku, agama, ras, antargolongan) murni karena gejolak sosial akibat minimnya akses masyarakat menikmati keuntungan akibat pertumbuhan ekonomi yang digembar-gemborkan pemerintah. Prabowo menyayangkan Indonesia yang dianugerahi kekayaan luar biasa di dalam perut bumi tak bisa dikelola dengan baik oleh pemerintah.
“Masyarakat masih miskin. Menurut saya, masalah itu berdampak pada seringnya terjadi bentrokan dan konflik sosial di berbagai daerah,'' katanya. ''Mengatasnamakan agama itu direkayasa dan direncanakan sebelumnya untuk kepentingan penguasa. Saya tidak melihat hal-hal yang mengarah ke sana. Saya memandang konflik yang terjadi ini sebagai dampak dari masalah ekonomi.''
Prabowo menyebut saat ini pemerintah tidak berdaya dalam menciptakan kesejahteraan di masyarakat. Pasalnya, penguasaan ekonomi hanya dinikmati segelintir orang yang berada di puncak kekuasaan. Belum lagi keberadaan sumber daya alam (SDM) dan energi yang dikuasai asing yang menurutnya membuat psikologis masyarakat cepat marah.
“Ketimpangan ekonomi sangat tampak dan masyarakat kelas bawah tidak melihat harapan perbaikan ekonomi. Ini berbahaya sebab lapisan bawah tidak dinikmatinya dan membuat mereka dalam rasa frustasi,” katanya.