REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN - Berdasarkan hitungan sementara, nilai kerugian akibat erupsi Gunung Merapi mencapai Rp 5,4 triliun. Angka itu berasal dari total kerusakan aset senilai Rp 894 miliar dan kerugian ekonomi senilai Rp 4,51 triliun.
''Angka ini didapat berdasarkan kerugian dan kerusakan tersebut meliputi sektor permukiman, infrastruktur, sosial, ekonomi dan lintas sektor,'' kata Bupati Sleman, Sri Purnomo, Jumat (11/02). Bupati berbicara dalam paparannya di hadapan anggota DPRD Komisi VI yang berkunjung ke Kecamatan Turi, Sleman.
Besaran angka Rp 5,4 triliun tersebut kemungkinan akan bertambah. Ini mengingat sampai saat ini bahaya sekunder merapi berupa lahar dingin masih mengancam. ''Bahkan, sampai saat ini banjir lahar dingin telah merusakkan berbagai fasilitas publik dan pemukiman. Total kerugian akibat lahar dingin telah mencapai lebih dari Rp 30 miliar,'' tutur Sri Purnomo.
Sri Purnomo mengatakan bahwa perekonomian lima kecamatan di Sleman lumpuh selama hampir sebulan sejak erupsi Gunung Merapi. Kelima kecamatan tersebut Cangkringan, Pakem, Turi, Tempel dan Ngemplak.
Wilayah ini masuk 20 km radius berbahaya sehingga praktis hampir seluruh warganya pergi mengungsi.
Jadi, Sri Purnomo, kerugian ekonomi bukan hanya dialami oleh masyarakat di Cangkringan saja. Kerugian juga dialami oleh masyarakat yang berada di lereng Merapi yakni Pakem, Turi, Tempel, Ngemplak. Bahkan, masyarakat di luar kecamatan-kecamatan tersebut juga terkena dampak erupsi Gunung Merapi.
''Hal ini dikarenakan aktivitas perekonomian masyarakat Sleman sebagian besar terfokus pada sektor perdagangan, jasa-jasa dan pertanian,'' tuturnya.