REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Sekretaris Kabinet Dipo Alam menyesalkan pernyataan dan tindakan tokoh lintas agama Mgr Martinus Situmorang dan Romo Benny Susetio yang siap menjadi Kardinal Sin, penggerak people power dan menjatuhkan Presiden Ferdinand Marcos di Filipina.
"SBY bukan Marcos. Ibu Ani Yudoyono bukan Imelda Marcos. Indonesia bukan Filipina. Sebagai yang mendukung SBY bersama mayoritas lainnya, saya tersinggung," kata Dipo di Jakarta, Selasa, sebelum terbang bersama Presiden ke Kupang untuk memperingati Hari Pers Nasional.
Dipo Alam menganggap SBY tidak menumpuk harta dan tak ingin berkuasa selamanya seperti diktator Filipina Ferdinand Marcos. Seskab menilai komentar dan tindakan kedua tokoh lintas agama itu sudah merambah wilayah politik praktis dan pernyataannya sudah jauh dari etika agamanya yang berdasarkan kasih.
Dia menilai, keduanya dianggap telah menuding Presiden SBY melanggar UUD 1945, membodohi publik, dan ingkar janji. "Silahkan bermimpi menjadi Kardinal Sin. Tapi ini Indonesia, bung," tegasnya.
Aktivis mahasiswa 1975 itu mempertanyakan kredo "Iman bekerja lewat kasih" (Fides per Caricatan Operatur). "Apakah masyarakat Katolik Indonesia dizalimi atau dipersulit sehingga Mgr Situmorang dan Romo Benny bicara seperti itu. Saya kira tidak begitu. Romo Magnis Suseno bisa lebih sopan," katanya.