Rabu 26 Jan 2011 18:32 WIB

Mau Pindahkan Ibu Kota? Belajarlah dari Brazil

Salvador, Rio de Janeiro, dan Brasilia (ketiganya dilingkari), kota yang pernah menjadi ibu kota Brazil.
Foto: .
Salvador, Rio de Janeiro, dan Brasilia (ketiganya dilingkari), kota yang pernah menjadi ibu kota Brazil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Mantan duta besar Indonesia untuk Brazil, Bali Moniaga,  mengatakan bahwa Indonesia bisa belajar dari negara Amerika Latin itu terkait wacana pemindahan ibu kota yang bergulir baru-baru ini. Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah acara Diskusi "Peningkatan Hubungan Bilateral Indonesia - Brazil" yang diselenggarakan Kementerian Luar Negeri RI di Jakarta, Rabu.

"Salah satu saran kerja sama bilateral yang perlu dikembangkan secara serius adalah soal pemindahan ibu kota, selain bidang perdagangan, pertanian, pariwisata (terutama mengenai visa), pembenahan lingkungan hidup, dan sektor perpajakan," kata Bali.

Bali yang menjabat duta besar Indonesia untuk Brazil pada 2007-2009 memuji keberhasilan negara itu dalam memindahkan ibu kota dari  Salvador, kemudian ke Rio de Janeiro, dan sejak 1960 di Brasilia.

"Alasannya memang tidak sama, Jakarta didorong oleh padatnya penduduk, sementara alasan utama Brazil memindahkan ibu kota adalah memisahkan urusan politik dan perekonomian, serta menghidupkan ekonomi di wilayah pedalaman, dan mereka berhasil," katanya.

Bali berpendapat bahwa kita harus memikirkan bagaimana caranya pemindahan ibu kota tersebut akan menghidupkan kegiatan ekonomi di wilayah-wilayah yang tertinggal, seperti halnya di Brazil.

Seperti diketahui, pemerintah pada September lalu mewacanakan pemindahan ibu kota negara sebagai salah satu dari tiga opsi mengatasi kemacetan di ibu kota Jakarta.

Menurut Bali semasa ia menjabat duta besar belum ada kesepakatan yang ditandatangani terkait kerja sama teknis pemindahan ibu kota itu, sehingga ia berharap jika pemerintah serius ingin merealisasikan pemindahan ibu kota, maka Brazil dapat menjadi mitra pendukungnya.

Meskipun demikian, Bali mengatakan prospek hubungan Indonesia - Brazil ke depannya menghadapi lebih banyak tantangan dan jalan yang lebih sulit, karena Presiden Dilma Rousseff yang menjabat sejak 1 Januari 2011 cenderung konservatif, berbeda dengan presiden sebelumnya, Luiz Inacio Lula da Silva.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement