REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pengamat keamanan internasional, Noor Huda Ismail, menilai keterlibatan CIA di dalam kasus paspor palsu Gayus Tambunan hanya merupakan pengalihan isu belaka. Sebab, tidak ada hal yang menguntungkan bagi Amerika Serikat dari kasus tersebut. "Ini sirkus sebagai cara menghilangkan atau mengaburkan fakta sebenarnya," kata Noor Huda saat dihubungi Republika, Kamis (20/01).
Menurutnya, karakter masyarakat Indonesia hampir sama dengan Mesir, dua negara tersebut sangat sensitif dan tertarik dengan isu yang berkaitan dengan CIA. Karenanya, oleh sebagian orang isu keterlibatan CIA itu digunakan untuk membuai masyarakat Indonesia, sehingga melupakan kasus Gayus yang lebih besar.
Di dunia keamanan internasional, ujar Noor Huda, sudah lazim bagi Amerika, terutama CIA, untuk mencampuri urusan dalam negeri negara lain. "Itu bukan hal yang baru," tuturnya.
Penggulingan Soekarno misalnya, campur tangan CIA ada disana agar Indonesia tidak terlalu ke kiri-kirian. Lalu, pengiriman jihadis ke Afghanistan untuk melawan Rusia, CIA juga berperan disini. Politik Amerika dengan CIA-nya ini disebut war by proxy atau menyerang dengan meminjam kekuatan orang lain. Peran CIA memang digunakan Amerika untuk memperkuat hegemoninya di seluruh dunia.
Akan tetapi, Noor Huda menilai, kasus Gayus ini tidak bernilai apa-apa untuk Amerika. Berbeda dengan kasus terorisme yang jelas-jelas Amerika mempunyai kepentingan disana. Dia berharap media bisa jeli melihat gelagat pengalihan isu ini. Agar ke depannya, kasus Gayus yang sebenarnya tidak terlupakan.