REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-Menurut perhitungan berdasarkan data BPS yang ada, Indonesia seharusnya surplus beras sebesar 4 juta ton. Tapi, tak demikian di lapangan. "Masih ada surplus 4 juta ton, lalu angka itu ke mana?" ujar Deputi Bidang Statistik Produksi Badan Pusat Statisitik (BPS), Subagio Dwijosumono, Rabu.
Ia mengatakan, menurut data yang ada, asumsi konsumi makanan (beras) rakyat Indonesia adalah 139,15 kg per kapita per tahun. Jika angka 139 ini dikalikan dengan jumlah penduduk indonesia yang mencapai 237 juta, maka keluar angka kebutuhan beras nasional sebesar 34 juta ton. Sementara itu, konversi dari hasil giling gabah bisa mencapai 38 juta ton.
“Memang ada yang mengatakan kemungkinan loses 15 persen. Tapi secara perhitungan tetap saja surplus. Jadi yang saya perhitungkan surplus 4 juta. Kalau loses 15 persen, masih surplus 3 juta,’’ papar Subagio.
Oleh karena itu, lanjutnya, BPS akan mengoreksi angka konsumsi beras per kapita yang kemungkinan tak lagi valid. Ia mengatakan saat ini pihaknya sedang melakukan berbagai penelitian dengan menghimpun berbagai macam data.
“Tahun 2011 ini akan ada beberapa survei lapangan untuk mengetahui berapa konsumsi orang di restoran dan yang makan di hotel. Sehingga diketahui berapa porsi makan orang di luar rumah. Nanti itu kita akan kita perhitungkan semuanya sehingga tepat konsumsinya," jelasnya.
Jumlah responden dalam survey yang baru pun akan ditambah, dari sebelumnya 60 ribu menjadi 137 ribu. "Sample ini kita upayakan akurat.” Ia mengatakan model konsumsi beras per kapita yang baru ini sudah selesai pada Agustus dan September 2011.