Jumat 31 Dec 2010 03:19 WIB

Di Bojonegoro, Nisan Kuno Ditukar dengan Museum

REPUBLIKA.CO.ID, BOJONEGORO--Penemuan nisan kuno milik seorang warga Belanda ingin dimanfaatkan oleh Pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Mereka ingin membarter nisan itu dengan Pemerintah Belanda. Nisan Belanda tersebut dikembalikan ke negeri asalnya, dengan syarat Belanda membangunkan museum bagi pemkab.

"Kami akan melaporkan temuan batu nisan kuno ini ke negara Belanda," kata Kepala Disbudpar Bojonegoro, Djindan Muhdin, Kamis. Menurut dia, kalau memang Belanda tertarik untuk membawa batu nisan tersebut ke tempatnya akan diperbolehkan, asalkan ada kompensasi berupa museum di Bojonegoro.

Bojonegoro sendiri, katanya, bisa mendapatkan replika batu nisan kuno itu untuk selanjutnya disimpan di museum. "Kami akan mencoba merintis pertukaran nisan batu kuno dengan museum, sepanjang tidak melanggar ketentuan masalah kepurbakalaan," jelasnya.

Alasannya, Bojonegoro sangat membutuhkan museum, sebab museum Rajekwesi yang dikelola Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Triwulan, Mojokerto, kurang memadai.

Temuan batu nisan kuno di Desa Bakalan, Kecamatan Kapas itu, memiliki ketebalan 15 centimeter, panjang 2,5 meter dan lebar 1,3 meter. Di atas batu nisan yang sekarang dipindahkan ke Kantor Disburpad tersebut bertuliskan, J Van Der Sluijs Geb 15 Sept 1784 GEER Truidenverg Weil 23 April 1844 Le Smanding.

Semula temuan batu nisan kuno itu terpendam di jalanan Desa Bakalan, Kecamatan Kapas, sedalam satu meter. Setelah digali, batu nisan kuno tersebut diangkut dengan derek ke Kantor Disbudpar.

Dari berbagai referensi yang dibaca, kata Djindan, J Van Der Sluijs merupakan seorang tokoh penting di zaman Belanda yang diperkirakan seorang manajer perusahaan tebu di Bojonegoro.

Masih berdasarkan referensi itu, dia bukan pengusaha tembakau, sebab tembakau Virginia Voor Oosgt (VO) di Bojonegoro ditanam setelah tahun 1870, sedangkan J Van Der Sluijs meninggal pada tahun 1844.

Selain itu, dia diperkirakan juga sebagai salah seorang tokoh yang merintis dibangunnya jalan rel kereta api (KA) mulai Semarang, Jateng hingga Surabaya, Jatim.

Ketika pengangkatan nisan itu dari lokasi dua hari yang lalu itu, kata Djindan sempat ditawar seorang pedagang barang antik yang berani membeli seharga Rp25 juta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement