REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --- Pelaksanaan corporate social responsibility (CSR) di Indonesia sudah berjalan, tapi masih belum terarah, seperti programbantuan makanan.''Jangan program saja karena ketika habis makanan mereka akan lapar lagi.Kita harus pikir yang berkelanjutan,'' tutur Utusan Khusus Presiden untuk Millenium Development Goals (MDGs), Nila Djuwita F Moeleoek usai Pembukaan Konferensi International CSR dan Memerangi Gizi Buruk Dalam MDGs di Jakarta, Senin (13/12).
Selain itu Nila memaparkan CSR yang ada saat ini belum fokus dan belum terkoordinasi sehingga masing-masing berjalan sendiri. Padahal yang jelas program CSR ini penting untuk memerangi kemiskinan. Ke depan, Nila mengatakan akan mengkoordinasikan CSR agar terfokus.'' Dan tidak tumpang tindih dan juga jangan salah sasaran,'' tutur dia
Terkait kasus mal nutrisi, jelas Nila, belum ada yang mengkoordinasikan CSR yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Untuk malnutrisi, CSR diharap tidak hanya memberikan makanan tapi juga mengubah perilaku dan juga memberdayakan masyarakat.
Data menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk akibat kurang gizi mengalami penurunan dari 9,7 persen tahun 2005 menjadi 4,9 persen pada tahun 2010. Sementara target MDGs prevalensi gizi buruk akan ditekan menjadi 3,6 persen. Dijelaskan bahwa permasalahan malnutrisi atau kurang gizi disebabkan oleh ketersediaan pangan dan juga pengetahuan masyarakat tentang gizi.