Rabu 24 Nov 2010 11:18 WIB

Lewat Tulisan, Perempuan Dapat Melindungi Hak-haknya

Rep: Agung Sasongko/ Red: irf
Perempuan menulis
Foto: Mursalin/Republika
Perempuan menulis

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK--Harus diakui, jaminan pemerintah terhadap hak-hak perempuan tidaklah kuat. Kasus Sumiati, buruh migran asal Dompu, Bima, Nusa Tenggara Barat misalnya, kasus tersebut bukanlah kali pertama yang menimpa tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri.

Pertanyaannya, apakah cukup dengan hanya melaporkan secara lisan pada instansi pemerintah yang berwenang untuk meminta perlindungan. Padahal ada medium lain yang sekiranya mampu mengabarkan pihak-pihak yang peduli terhadap hak-hak perempuan di tanah air, dan pada akhirnya menjadi penopang perjuangan Sumiati lain di negeri asing.

Pengajar Universitas Islam Negeri (UIN), Sunan Gunung Djati, Bandung, Neng Hannah menuturkan peranan tulisan dalam sebuah peradaban begitu signifikan. Menurutnya, melalui tulisanlah ilmu pengetahuan bisa tersebar ke seluruh penjuru dunia. "Demikian pula halnya dalam perjuangan yang tidak akan mungkin dilakukan tanpa peranan tulisan, termasuk perjuangan menciptakan kehidupan yang berkesetaraan dan berkeadilan," papar dia saat berbincang dengan Republika.co.id, seusai berbicara dalam seminar "Masa Depan Kepemimpinan Ulama Perempuan" yang berlangsung di Wisma Hijau, Depok, Jawa Barat, Selasa (23/11).

Hannah menjelaskan menulis merupakan sebuah bentuk perjuangan yang bertujuan menyadarkan, memprovokasi atau mengingatkan terhadap suatu masalah yang belum terselesaikan. "Karena menulis, nama Kartini menjadi harum hingga kini. Apalagi di era informasi seperti sekarang ini, tentunya sebuah tulisan yang baik akan bisa berbicara menyuarakan pengalaman perempuan yang sampai saat ini tidak menjadi sumber pengetahuan," kata dia.  "Ya, pengalaman dan suara perempuan harus ada dan didengar bila jaminan hak-hak perempuan ingin diwujudkan,"

Hannah mengakui, tantangan dan hambatan dalam menyuarakan perjuangan dan pengalaman terbentur pada pribadi perempuan sendiri. Rasa malas, jenuh, tekanan pekerjaan seperti yang dialami perempuan seperti Sumiati menjadi medium tulisan seperti sulit untuk dijangkau. Namun, hal itu bisa ditanggulangi dengan strategi berupa keinginan untuk memberitahu kepada sesama tentang perasaan dan pemikiran perempuan. "Manusia tentu memiliki kecenderungan untuk tertarik tentang apa yang dialami manusia lain.," ujarnya.

Karena itu, dia menyarankan kepada kaum perempuan untuk mencoba menuliskan sesuatu dengan lebih dulu mengabaikan teknik menulis yang baik. "Cobalah untuk menuliskan apa saja," ujarnya. Dengan demikian, kata dia, perasaan yang selama ini terbelenggu dalam lidah kelu lantaran tekanan psikologis yang mendera bisa diketahui orang lain. "Era informasi telah memungkinkan seseorang mempublikasikan perasaan dengan terbuka seperti melalui blog, surat elektronik dan medium lainnya," pungkasnya.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement