REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA--Letusan terbesar dan muntahan awan panas Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, Kamis (4/11), terjadi Kamis (4/11) ini. Meski demikian, Pusat Vulkonologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral mengingatkan bahwa bahaya Merapi belum berlalu.
Kepala PVMBG, Dr Surono, mengatakan masyarakat harus tetap waspada. Ini lantaran belum bisa dipastikan, bahwa aktivitas Merapi akan surut.
"Selai kemungkinan masih ada letusan, diperkirakan akan terjadi hujan abu di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Ini karena angin masih mengarah ke barat," tutur Surono, di Yogyakarta. Oleh karena itu, penduduk yang tinggal di wilayah Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, diminta agar mewaspadai hujan abu.
Sejak Rabu (3/11) mulai pukul 11.04 WIB, letusan beruntun terus terjadi di Gunung Merapi. Berdasarkan hasil rekaman seismograf di Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) awan panas secara beruntun terus terjadi hingga tengah malam.
Selain awan panas, pada Rabu malam, juga terlihat lontaran batu pijar sehingga seluruh petugas pos pengamatan Gunung Merapi ditarik, mengingat bahaya yang akan terjadi. Batas terjauh luncuran awan pada Rabu adalah sekitar sembilan kilometer (km) ke arah Kali Gendol.
Kondisi itu menyebabkan PVMBG memperluas radius aman penduduk dari ancaman bahaya awan panas erupsi Gunung Merapi dari 10 kilometer menjadi 15 kilometer. "Pada Rabu (3/11) pukul 16.05 WIB, kami memutuskan untuk memperluas radius aman menjadi 15 kilometer termasuk di dalamnya daerah pengungsian karena jarak luncuran awan panas dilaporkan cukup jauh," ungkap Surono.