Rabu 03 Nov 2010 02:51 WIB

Persediaan Uang Menipis, Pengungsi Merapi Mulai Jual Barang Berharga

Pengungsi Merapi
Pengungsi Merapi

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN--Sejumlah pengungsi bencana letusan Gunung Merapi mulai menjual benda berharga seperti barang elektronik dan ternak karena mereka sudah kehabisan uang tunai setelah selama satu minggu berada di barak dan tidak bisa bekerja. "Meskipun untuk makan dan beberapa kebutuhan lain di barak ditanggung, namun kebutuhan uang tunai tidak terelakkan," kata Prayoga, pengungsi di barak Hargobinangun, Pakem, Sleman, Selasa.

Menurut dia, kebutuhan uang tunai tersebut di antaranya untuk membeli bahan bakar kendaraan bermotor karena untuk transportasi selama di barak. "Setiap hari saya mengantar anak ke sekolah dan mengecek keadaan rumah karena berada di posko pengungsian dan semuanya kan butuh uang tunai," katanya.

Prayoga yang sebelumnya berjualan sate kelinci di Kawasan Tlogo Putri, Kaliurang ini mengaku, saat ini uang tabungannya sudah habis dan mulai menjual berbagai harta benda seperti televisi dan kulkas. "Tabungan saya ya harta yang saya punya, sekarang televisi dan kulkas akan saya jual agar tetap memegang uang tunai," katanya.

Sarno (60), warga Dusun Jambu, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, mengatakan bahwa dirinya terpaksa menjual seekor sapi dengan harga yang murah. "Sapi saya jual dengan harga hanya Rp 6,5 juta padahal kalau kondisi normal harga bisa Rp 9 juta, ini memang karena kondisi karena memang sudah tidak punya uang," katanya.

Ia mengatakan, uang Rp 6,5 juta hasil menjual sapi kemudian dibagikan ke dua orang anaknya dan beberapa cucunya. "Cucu saya butuh uang jajan, kami di posko tidak bekerja dan kebutuhan seperti rokok, bensin untuk mencari rumput harus ada, saat ini yang kami punya cuma sapi, ya akhirnya terpaksa di jual," katanya.

Hal sama dikatakan Parji Wiyono (70) warga Dusun Jambu, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan yang mengaku telah menjuak sapinya Rp5 juta dari harga normal Rp 8,5 juta. "Sapi saya hanya laku RP5 juta dari harga normal Rp 8,5 juta," katanya.

Ia mengatakan, selain untuk memperoleh uang tunai, warga menjual sapi karena kesulitan mencari pakan karena hamparan rumput di radius enam kilometer dari puncak Gunung Merapi sebagian besar tertimbun abu vulkanik. "Kalau tidak dijual akan kesulitan mencari pakan. Kalau sampai mati, sapi malah tidak laku dijual," katanya.

Hingga Senin (1/11) susu sapi warga lereng Merapi tidak laku dijual karena kantor koperasi yang selama ini menampung susu tutup karena pengurusnya juga ikut mengungsi. "Setiap hari dari dua ekor sapi saya minimal menghaislkan 20 liter susu dan terpaksa dibuang karena tidak laku dan kalau tidak diperah, kasihan sapinya nanti," kata Trisno Haryanto warga Dusun Jambu, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan.

Ia mengatakan, susu sapi baru mulai laku dijual pada Selasa (2/11) dengan harga Rp 3.000 per liter, namun karena tidak terurus produksi susu sapi juga menurun. "Satu ekor sapi sebelumnya pagi bisa menghasilkan 17 liter dan sore harinya 11 liter per satu ekor, saat ini paling banyak hanya menghasilkan tujuh hingga 11 liter," katanya.

sumber : Ant
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement