REPUBLIKA.CO.ID,MENTAWAI--Lembaga Kemanusian Aksi Cepat Tanggap (ACT) Jakarta telah mulai menggelar 'trauma healing' untuk para pengungsi korban gempa dan tsunami di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat (Sumbar). "Kita sudah memulai dua babak pemberian trauma healing bagi pengungsi korban gempa dan tsunami dipusatkan di musalla dan masjid di Sikakap, diikuti sekitar 120 orang," kata Koordinator tim Trauma Healing ACT di Sikakap Mentawai, Ade Badri kepada ANTARA di Sikakap, Senin.
Ade menjelaskan, tahap pertama pada 29 Oktober 2010 sebanyak 80 orang pengungsi diberi trauma healing di pengungsian Sikakap. Selanjutnya pada Sabtu (30/10) malam diikuti 40 orang pengungsi masih di Kecamatan Sikakap --merupakan pusat penampungan utama pengungsi gempa dan tsunami-- bencana gempa dan tsunami Mentawai,
Peserta trauma healing pada dua kelompok yang sudah dilaksanakan tim ACT di dua titik pengungsian, melihat pada persentase usia sebanyak 80 persen diikuti orang dewasa dan 20 persen anak-anak. Ade mengatakan, hasil pengamatan tim trauma healing ACT secara psikologi mayoritas warga Mentawai yang kini berada di pengungsian Sikakap cukup terpukul mentalnya pasca gempa dan tsunami Senin (25/10) malam itu.
Namun, masih dinilai kategori ringan, tetapi bila terlambat mendapatkan terapi bisa menjadi lebih parah, makanya penanganan trauma yang dialami masyarakat dibutuhkan segera. Bahkan, lama-lama dibiarkan pukulan mental tersebut, tentu bisa berujung pada depresi terutama bagi warga yang kehilangan anggota keluarganya saat kejadian bencana tersebut.
Justru itu, katanya, tim trauma healing ACT berupaya lebih fokus memulihkan gangguan psikologi yang dihadapi para korban tsunami yang hidup di pengungsian. "Butuh waktu enam bulan maksimalnya, untuk memulihan yang dialami korban gempa dan tsunami itu," katanya.
ACT mengerahkan sedikitnya lima tim trauma healing, dan sembilan tim dokter serta penyelamatan dalam masa tanggap darurat korban bencana gempa dan tsunami Mentawai. Rencana tim ACT berada di Mentawai sampai pada masa pemulihan kepada situasi kembali normal.
Korban bencana gempa 7,2 Skala Richter (SR) dan tsunami yang menghantam 27 dusus di Kepulauan Mentawai, sedikitnya berjumlah 14.983 jiwa mengungsi ke perbukitan-perbukitan di kawasan dusun mereka yang dihantam gelombang tsunami.
Sementara itu, jumlah korban meninggal dunia yang telah ditemukan mayatnya sampai pada 31 Oktober 2010 sudah tercatat 449 orang. Sedangkan korban yang dinyatakan hilang 96 orang, korban yang mengalami luka berat 270 orang, luka ringan sebanyak 142 orang. Kerugian sarana prasana, rumah penduduk sekitar 517 unit rusak berat, dan tercatat 204 unit rumah rusak ringan.
Sarana pendidikan yang rusak, empat unit sekolah rusak berat, satu unit rusak sedang, empat unit rumah dinas. Selain itu, dua unit resort juga rusak berat yakni Resort Marcaroni dan Katei, satu unit kapal pesiar terbakar, satu unit kapal pesiar rusak ringan. Kemudian fasilitas umum yang rusak akibat gempa disusul tsunami dengan ketinggian gulungan gelombang 12 meter itu, jembatan tujuh unit, termasuk jalan sepanjang delapan km.