REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Gempa bumi berkekuatan 7,2 Skala Richter yang diikuti tsunami di Pagai Selatan Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Senin (25/10) malam, ternyata bukan merupakan puncak kekuatan gempa yang berpotensi terjadi di kawasan tersebut. Staf khusus presiden bidang bantuan sosial dan bencana alam, Andi Arief, mengungkapkan, berdasarkan pertemuan ahli gempa dan ahli tsunami (Tim 9) beberapa waktu lalu, ada potensi gempa megathrust yang bakal mengguncang Pulau Siberut, Mentawai, dengan kekuatan mencapai 8,9 Skala Richter. Gempa ini juga berpotensi tsunami dahsyat dengan ketinggian ombak laut lebih dari enam meter.
“Karenanya Mentawai ini harus tetap waspada, gempa dan tsunami kemarin itu belum puncaknya,” ujar Andi dalam sebuah diskusi bertema Bencana dan Duka Indonesia di Jakarta, Sabtu (30/10).
Dia melanjutkan, beberapa waktu sebelum bencana, tim pakar gempa dan tsunami sudah memaparkan kemungkinan terjadinya gempa dan tsunami di Mentawai kepada pemerintah daerah Sumatera Barat. Peta zona bencana dan rencana evakuasi juga tengah disusun bersama pemda dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). “Namun ternyata gempa dan tsunami Mentawai ternyata datang lebih cepat dari perkiraan.”
Hamzah Latif, ahli tsunami yang termasuk anggota Tim 9, menjelaskan, potensi megathrust earthquake 8,9 SR di Pulau Siberut juga bisa melanda Kota Padang dan daerah pesisir di sekitarnya. Dalam simulasi yang dibuat Hamzah, tsunami akan terjadi selama 2,5 jam dengan ketinggian ombak mencapai enam meter dan bergerak sejauh dua kilometer dari garis pantai.
Dengan tsunami seperti itu dan menghitung manusia bergerak berbanding lebar jalan pada kondisi Kota Padang di siang hari, kata Hamzah, maka kemungkinan korban jiwa bisa mencapai 150 ribu jiwa.