REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Alasan utama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meninjau langsung lokasi bencana banjir bandang di Wasior, Kabupaten Wondama, Papua Barat adalah untuk memastikan langsung apakah bencana itu disebabkan oleh pembalakan luar (illegal logging). Dalam melakukan peninjauan langsung itu, Presiden akan dibantu pakar.
"Saya akan lihat langsung apa ada kaitan dengan kerusakan lingkungan itu, dan setelah saya lihat sendiri dibantu pakar untuk menganalisis penyebab bencana, apakah curah hujan luar biasa, sungai-sungai kering itu alirkan air dan lumpur, timbulkan banjir bandang, atau itu ada kaitan dengan situasi hutan sekitar itu yang katanya ada pembalakan liar," kata Presiden.
Presiden menyampaikan hal tersebut dalam konferensi pers mendadak di Kantor Presiden, Jumat (8/10). Presiden didampingi oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Syamsul Maarif yang baru kembali dari Wasior. Presiden akan mengunjungi langsung lokasi bencana pada Ahad (10/10).
Meski demikian, Presiden menyatakan, laporan dari Kepala BNPB disebutkan penyebab banjir bandang itu bukan akibat pembalakan liar. "Apa yang dilaporkan BNPB memang banjir ini datang seketika, lereng 60 derajat dan tipis sekali antara laut dan daratan, dan pernah terjadi pada tahun 1955. Menurut laporan Pak Syamsul Maarif sementara tidak ada kaitan dengan pembalakan liar," kata Presiden.
Seperti instruksinya pada awal bencana terjadi, Presiden memerintahkan kembali agar pihak terkait memberi prioritas pada penyelamatan korban yang masih bisa diselamatkan. "Banyak yang luka-luka, dan itu yang diutamakan, dan cegah korban baru, makamkan yang meninggal dari musibah itu," ujar Presiden.
Presiden juga mengharapkan ada pelayanan yang baik di pengungsian dan Rumah Sakit. Oleh karenanya, Presiden memerintahkan Gubernur Papua Barat untuk melakukan koordinasi yang baik. "Kita kirimkan logistik dan kemudian kita pikirkan bagaimana masa depan kecamatan itu kalau geografis tidak aman lagi," kata Presiden.
Dalam kesempatan itu, Presiden memerintahkan TNI utuk mengerahkan kapalnya untuk membawa logistik. "Sehingga, akan dikerahkan lima KRI (Kapal Republik Indonesia) untuk memastikan logistik yang diperlukan semua tercukupi, termasuk fasilitas yang tidak mudah didapatkan," kata Presiden. Informasi korban jiwa terakhir yang diterima Presiden adalah 101 orang.
"Meskipun dari segi korban di bawah Aceh, Jawa Barat, dan Jogja, tapi kita harus ucapkan belasungkawa terhadap korban dan saudara kita semua, yang penting langkah tanggap darurat berjalan, dan nanti akan saya putuskan setelah saya berkunjung nanti, setelah saya berkunjung ke sana," kata Presiden.