Sabtu 09 Oct 2010 00:45 WIB

Sri Mulyani, Hatinya Nasionalis, Nuraninya Pancasilais

Sri Mulyani Indrawati
Sri Mulyani Indrawati

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG--Pengamat politik Dr Chris Boro Tokan SH. MH di Kupang, Jumat (8/10), mengatakan, munculnya wacana pencalonan Sri Mulyani Indrawati (48) sebagai Presiden pada Pemilu 2014 karena diyakini mampu menerapkan model kepemimpinan Pancasila.

Artinya, mantan Menteri Keuangan itu dinilai mampu memenej berbagai replika konflik dari dua ideologi yang berbeda yakni kapitalis dan sosialis di berbagai bidang pembangunan, baik di dalam negeri maupun regional dan global.

"Memang ada sejumlah kalangan menempatkan Sri Mulyani dalam ideologi neoliberal, namun dalam pencermatan positif, saya menilai Sri Mulyani hatinya nasionalis dan nuraninya Pancasilais sekalipun berpikir neoliberal," kata Boro Tokan yang juga dosen pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Nusa Cedana Kupang.

Menjelang keberangkatannya ke Amerika Serikat untuk mendudki jabatan baru sebagai Managing Director World Bank, kata mantan anggota DPRD NTT itu, Sri Mulyani dengan tegas menyatakan bahwa dirinya terkandung dan terlahir dari keluarga nasionalis sejati.

"Jika masih ada yang ragu soal itu (nasionalis), bagi saya itu hal yang lumrah dan manusiawi. Sri Mulyani mampu mereformasi Kementerian Keuangan, namun akhirnya harus jatuh dari kursi Menteri Keuangan karena posisinya dirasakan tidak nyaman oleh para koruptor kelas kakap dan kroni-kroninya," tutur Boro Tokan.

Wanita kelahiran Bandar Lampung 26 Agustus 1962 itu, tambah mantan Ketua DPW PAN NTT ini, juga menjadi korban politik dalam 'Century Gate' ibarat gajah berkelahi dengan gajah pelanduk mati di tengah-tengah.

Ia mengatakan keberhasilan Sri Mulyani dalam mereformasi Kementerian Keuangan dan mengantisipasi penyelamatan ekonomi nasional dalam kasus Bank Century, menjadi indikator kuat bahwa dirinya berpikir global (neolib), namun hati dan nuraninya tetap Pancasila.

Dalam mereformasi Kementerian Keuangan, langkah Sri Mulyani terkontroversi dengan kasus penggelapan pajak (kasus Gayus) dan kasus Bank Century yang dinilai merugikan uang negara, namun dapat diambil hikmahnya bahwa Sri Mulyani sudah berpikir global dan bertindak lokal untuk kepentingan nasional.

Boro Tokan berharap agar tim yang mendukung dan melingkari Sri Mulyani harus dari orang-orang bersih, jujur, cerdas, berani bersikap serta tetap dalam keyakinan pada nilai dan penganutan ideologi Pancasila. "Kita berharap tim yang melingkari Sri Mulyani jangan seperti pada masa Orde Baru yang mengindoktrinasi Pancasila kepada rakyat, namun dalam praktiknya menerapkan ideologi kapitalis melalui model kepemimpinan otoritarian-totaliter (otoritarian kasar)," tuturnya.

Usul Sri Mulyani menjadi bakal calon Presiden pada 2014 ini oleh beberapa tokoh kawakan antara lain Todung Mulya Lubis, Marsilam Simanjuntak, Ikrar Nusa Bakti, Goenawan Mohamad melalui forum Perhimpunan Pendidikan untuk Demokrasi di Jakarta, beberapa waktu lalu.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement