Ahad 03 Oct 2010 22:30 WIB

Demi Terapi, Jangan Hakimi Pecandu Pornografi

Rep: Prima Restri/ Red: Siwi Tri Puji B
Stop pornografi
Stop pornografi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Belum adanya terapis  adiksi pornografi mendorong kelompok peduli anak termasuk Yayasan Kita dan Buah Hati untuk melakukan training on trainer (TOT). Sebanyak 138 orang menjalani TOT yang dipandu oleh ahli dari dalam maupun luar negeri.

Mereka yang berasal dari seluruh Indonesia itu akan dilatih untuk menangani kasus adiksi pornografi melalui dua pendekatan keilmuwan dan agama. ''Diharapkan 138 orang ini paling tidak bisa membantu orang-orang terdekatnya dahulu. Dan kemudian bisa melatih orang lain bagaimana menghadapi orang yang kecanduan pornografi,'' tutur Direktur Yayasan Kita dan Buah Hati,Elly Risman.

Sementara Psikolog Anak dan Keluarga asal Utah,Amerika Serikat, Randy Hyde memaparkan langkah awal mengatasi orang terkena candu pornografi adalah mendekatinya dengan kasih sayang. ''Orang kecanduan pornografi tidak akan menjawab jika ditanya karena mereka malu. Tapi dengan pendekatan kasih sayang dan ungkapan tidak menyalahkan kemungkinan mereka akan mengaku,'' tutur dia.

Randy mencontohkan jika kita ingin mengetahui anak kita kecanduan atau tidak, ajaklah ia untuk bicara dari hati ke hati.''Jangan berikan hukuman kepada mereka karena hukuman bisa saja tidak mampu mengatasinya dan mereka justru semakin diam-diam untuk menonton pornografi,'' tutur dia.

Terkait hal ini Elly berharap pemerintah Kementrian Kesehatan dan Kementrian Pemberdayaan Perempuan bisa menjadikan terapis adiksi pornografi menjadi layanan medis.Karena sekarang ini orang dewasa atau orang tua yang anak-anaknya kecanduan pornografi tidak tahu harus mencari bantuan kemana.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement