REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Keluhan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang merasa diancam teroris dipandang penggiat LSM dan pengamat politik sebagai tindakan yang kurang bijak. Presiden dipandang hanya memikirkan kepentingannya sendiri saat menyatakan kembali sedang diancam teroris.
Direktur Eksekutif Lingkar Madani, Ray Rangkuti, berujar apa yang disampaikan SBY juga kerap bertolak belakang dengan kenyataan. Sebagai contoh, SBY meminta Kapolri mengusut tuntas kasus penganiayaan aktivis antikorupsi, Tama S Langkun. Tetapi hingga kini kepolisian tidak kunjung memberi titik cerah atas pengusutan kasus tersebut. Giliran SBY mengaku diancam teroris, baru kepolisian menangkap seseorang terkait terorisme.
''Soal tabung gas 3 kilogram, dia minta jangan sampai terjadi lagi. Tapi ledakan terus menerus terjadi. Sekian kali dia menyampaikan citra. Sekian kali dibantah dengan sikap berbeda,'' kritik Ray, Senin (9/8).
Pakar komunikasi politik dari UI, Effendi Ghazali, menambahkan kebiasaan SBY mengeluhkan kondisinya yang terkesan terancam justru menjadi masalah. Pasalnya, kebiasaan 'curhat' itu kerap tidak diiringi tindakan nyata. Dia kemudian mengajak masyarakat untuk tidak terlena dengan politik pencitraan yang diusung SBY. '''Kita akan usung cukup sudah pemerintahan citra, saatnya bersafari mencari pemimpin sejati,'' tegasnya.