Ahad 08 Aug 2010 04:58 WIB

Tersangka Teroris Mengaku Jualan Gantungan Kunci

Rep: c23/ Red: irf

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Fakhri alias Hilmi, salah seorang dari tersangka teroris yang ditangkp di Bandung mengaku sebagai penjual gantungan kunci. Kustianti, salah seorang saksi mata, mengaku rumah tersebut dikontrak pria yang mengaku bernama Hilmi. "Rumah tersebut punya Kakak saya, Tri Susilowati (42), dan disewakan karena ikut suaminya. Pak Hilmi mengontrak selama satu tahun dengan harga tiga juta pertahun," paparnya.

Ia menambahkan pada awal 2010 lalu, Hilmi datang bersama seorang wanita menanyakan kontrakan. Setelah sepakat dengan harga yang ditawarkan, ia langsung membayar. Namun anehnya, ia sudah membawa barang-barang dari dalam mobilnya.

"Fakhri mengaku belum menikah dan berniat menyewa rumah untuk tempat pembuatan gantungan kunci. Saya pernah melihat ada bahan kimia cair di drum dan tepung seperti terigu, disimpan digudang," tuturnya. Namun Kustianti mengaku sedikit curiga. Pasalnya rumah yang dikontrak Hilmi ditutup rapat. Kaca kamar pun ditutup dengan koran dan tidak menimbulkan bising. Padahal, tambahnya, rumah tersebut dijadikan pabrik untuk memproduksi gantungan kunci.

Hal senada diucapkan Kusno Prabowo, yang juga saudara Kustianti. Sebelumnya, ia tidak menaruh curiga sedikitpun terhadap Fakhri dan kedua rekannya. Keseharian fakhri pun tidak banyak mengajak berbicara kepada Kusno dan tetangganya yang lain.

“Tapi anehnya, dia sering memegang banyak uang. Anak-anak saya kerap diberi uang jajan. Padahal kerjanya hanya penjual gantungan kunci,” tuturnya. Fakhri dan rekannya ditangkap Densus 88, Mabes Polri, tim Gegana dan Polda Jabar pada Sabtu (7/8) pukul 11.00 WIB. Fakhri ditangkap saat masih dalam kamar, sedangkan rekannya ditangkap di mulut jendela saat akan melarikan diri ke kebun belakang rumah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement