Kamis 05 Aug 2010 08:22 WIB

Palangkaraya Dinilai Layak Jadi Ibu Kota Negara

Rep: c23 / Red: Arif Supriyono

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Isu pemindahan ibu kota negara kembali menghangat belakangan ini. Beban Jakarta dianggap terlalu berat, apalagi setiap hari selalu terjadi kemacetan panjang.

Ahli perubahan iklim dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr Armi Susandi MT mengutarakan, Rabu (4/8) di Bandung, dari sisi meteorologi, kota yang paling pantas menjadi ibu kota negara  adalah Palangkaraya yang sekarang menjadi ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah. Ia berpendapat, jika dibandingkan Pontianak dan Banjarmasin, Palangkaraya lebih layak dilihat dari sisi simulasi kenaikan air mula laut.

Sejak 2030 nanti, curah hujan akan semakin mengalami peningkatan sebesar 20 milimeter setiap lima tahun dari curah hujan pada tahun tersebut, yakni 230 milimeter. “Pada 2100, diperkirakan daratan yang tenggelam akibat kenaikan air muka laut seluas 90.260 kilometer persegi. Sekitar 0,03 persen dari jumlah tersebut adalah bagian dari daratan Banjarmasin,” paparnya dalam orasi ilmiah yang dilakukan pada peresmian penerimaan mahasiswa baru tahun akademik 2010/2011 di Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) ITB, Bandung.

Daratan yang hilang di wilayah Banjarmasin diakibatkan karena Sungai Barito yang mengalir di kota tersebut mendapatkan massa air kiriman dari Laut Jawa. Permukaan Sungai Barito menjadi naik, karena kenaikan air muka Laut Jawa. Kondisi ini diperparah dengan rendahnya daratan Banjarmasin, sehingga air Sungai Barito meluap ke daratan.

Daratan Banjarmasin yang hilang karena kenaikan air muka laut, menurut dia, akan berdampak juga pada beberapa sektor perekonomian. Misalnya, ia mencontohkan, terganggunya lalu lintas jalan raya dan munculnya genangan-genangan air di perkotaan. Selain itu, berkurangnya lahan-lahan produktif serta bekunya aktivitas-aktivitas industri dan bisnis karena kerusakan infrastruktur.

“Hal yang sama akan terjadi pada Pontianak karena kota tersebut berada di dekat pantai dan dilalui sungai besar, Kapuas. Karena itu, Palanngkaraya merupakan kota baru yang lebih representatif sebagai pengganti Jakarta,” ucap peneliti yang tengah melakukan riset perubahan iklim di Max Planck Institute for Meteorology, Jerman, ini. Ia menambahkan, naiknya air muka laut ini harus segera diantisipasi pemerintah. Ini karena sekitar 70 persen pembangunan di Indonesia berada di sekitar pantai.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement