Jumat 16 Jul 2010 04:43 WIB

Usai Piala Dunia 2010, Ratusan Nenek 'Mandi Uang'

Ratusan Nenek 'Mandi Uang'

REPUBLIKA.CO.ID, SOWETO -- Ratusan nenek miskin Afrika Selatan (Afsel) 'mandi uang' setelah menuai untung dari ajang Piala Dunia 2010. Ini berkat hasil penjualan scarf dan topi buatan tangan bagi para suporter.

Project Gogo, yang berarti nenek dalam bahasa Zulu, yang mengajarkan keterampilan menjahit pada para wanita pengangguran di daerah pemukiman kumuh di Johanesburg, menjual lebih dari 20 ribu scarf dan topi selama kejuaraan yang berakhir Senin (12/7) lalu.

Banyak suporter yang datang tanpa membawa perlengkapan yang cukup. Padahal Piala Dunia kali ini berlangsung pada musim dingin, dengan temperatur turun drastis pada malam hari terutama di stadion dataran tinggi seperti Johanesburg dan Bloemfontein.

"Saya tidak pernah mendapat seribu rand (132 dolar AS) semenjak saya lahir, dan selama 30 tahun saya bekerja bagi orang kulit putih," ujar Victoria Maseko (87 tahun) yang pernah menjadi pembantu rumah tangga.

Para nenek itu menjual scarf dengan berbagai warna sesuai dengan tim yang berlaga, dengan waktu pembuatan selama 2 hari dan laku dijual 170 rand per buah.

FIFA melarang pedagang ilegal berjualan di dalam stadion selama turnamen, namun para 'gogo' itu menjual pakaian hangat buatannya di luar area tersebut, baik di pusat perbelanjaan ataupun taman-taman tempat berkumpulnya para suporter.

Setiap harinya, sekelompok nenek yang terdiri dari 15 orang keluar rumah untuk menjajakan dagangannya secara berkelompok. "Setiap pagi saya menyediakan teh atau kopi untuk mereka. Kami tidak makan siang karena kami tidak punya uang untuk membelinya," ujar Zangili.

Dipimpin Maseko, para wanita itu bersenandung sambil merajut benang wol berwarna merah, putih, dan biru. Sementara cucu-cucu mereka bermain di sekitarnya. Proyek Gogo berdiri pada 2006 untuk menciptakan bisnis berkelanjutan bagi warga Afsel yang tidak mempunyai keterampilan apa-apa.

Corak negara Afsel, Belanda, dan Meksiko adalah yang paling laris terjual. Muncul kekhawatiran dari para nenek karena ajang empat tahun sekali itu kini telah berakhir. Tapi, proyek bisnis tersebut memungkinkan barang buatan tangan itu dilempar baik ke pasar luar negeri maupun dalam negeri Afsel.

sumber : ant/rtr
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement