REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA - Perlu ada pelurusan demokrasi baik di Indonesia maupun di Muhammadiyah. Demokrasi itu tidak memberikan kebebasan yang sebebas-bebasnya. Karena demokrasi berlebihan juga bisa mengarah kepada disorder (ketidaktertiban sosial dan anarkhis).
Hal itu dikemukakan Ketua Umum PP Muhammadiyah Dien Syamsudin pada wartawan usai melakukan perbincangannya dengan Mantan Presiden Polandia dan Penerima Nobel Perdamaian Lech Walesa di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Jum'at (14/5).
Dalam pertemuannya dengan mantan Presiden Polandia yang hanya berlangsung singkat, sekitar 10 menit, Lech Walesa sempat juga mengemukakan tentang pentingnya dialog dan kerjasama antar peradaban.
''Hal itu terungkap karena saya ditanya dari Beijing ada apa? Saya tadi malam (Kamis, 13/5) baru pulang dari Beijing untuk memimpin rapat dewan eksekutif Konferensi Asia Agama untuk Perdamaian, kebetulan saya sebagai residen dewan eksekutifnya. Dia kemudian menyambut dan menurut dia memang harus ada dialog di antara perbedaan-perbedaan agama,'' ungkapnya.
Dalam kunjungannya ke Yogyakarta, Lech Walesa yang menginap di Kotagede (kediaman Ketua Kamar Dagang Amerika Latin dan Asia Pasifik ,Rudy Pesik). Sebelum bertemu dengan Dien Syamsudin, juga bertemu dengan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X di Keraton Yogyakarta, berceramah di Universitas Atmajaya tentang The Contribution of Pluralism dan ke Borobudur.