Kamis 13 May 2010 04:24 WIB

Presiden SBY Berharap Birokrasi Bebas Politik

Rep: M Ikhsan Shiddieqy / Red: Endro Yuwanto
Presiden SBY
Presiden SBY

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengakui ada birokrasi yang terkontaminasi politik. Birokrasi seharusnya bebas dari kepentingan politik. Birokrasi menyimpan 'bom waktu' akibat masalah yang tak terselesaikan itu sehingga sewaktu-waktu bisa meledak.

Hal itu disampaikan Presiden ketika membuka Sidang Kabinet Paripurna yang membahas soal reformasi birokrasi, Rabu (12/5). "Ada pula birokrasi yang terkontaminasi dengan kepentingan politik yang sebetulnya harus bebas dari kepentingan politik praktis," ujar Presiden di hadapan seluruh anggota Kabinet Indonesia Bersatu II.

Presiden mengatakan, pertumbuhan perekonomian dan dunia usaha sering terhambat karena urusan perizinan yang berbelit-belit. Pelayanan publik, ujar Presiden, dirasakan belum berjalan dengan baik. Itu diketahui Presiden setelah menerima surat dan SMS dari masyarakat.

"Marilah kita jadikan reformasi birokrasi ini satu agenda dan prioritas yang berlanjut," kata Presiden. Sasaran dari reformasi birokrasi agar dapat dijalankan pemerintahan yang baik, yakni pemerintah yang responsif, transparan, akuntabel, bersih, dan terbebas dari korupsi.

Reformasi birokrasi itu tidak hanya harus dilakukan pemerintah pusat, namun juga pemerintah daerah. Dalam melaksanakan suatu program, kata Presiden, harus dilaksanakan dengan efektif dan efisien. ''Birokrasi yang harus dijalankan pusat dan daerah adalah birokrasi yang tepat,'' jelasnya.

Birokrasi tepat yang dimaksud Presiden adalah birokrasi memiliki persisi yang tinggi. Selain itu, birokrasi yang tepat adalah birokrasi dengan tata kelola keuangan yang optimal dan memenuhi prinsip-prinsip optimalisasi. "Reformasi birokrasi dan membangun tata pemerintahan yang baik harus terus kita jalankan," katanya.

Presiden mengaku belum puas dengan reformasi yang sedang berjalan. "Sering saya berseloroh ya masih banyak yang belum beres di negeri ini, ekonomi kita tumbuh enam persen, ada capaian sana, capaian sini. Maknanya apa kalau kita bikin beres banyak hal yang sekarang belum beres, di tahun-tahun mendatang pastilah dengan izin Allah akan lebih banyak lagi yang kita bisa lakukan," tegas Presiden.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement