REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan transformasi yang terjadi di suatu negara berjalan tidak mudah. Dalam transformasi itu selalu terdapat proses //trial and error//. Proses transformasi yang tak mudah itu merupakan pengalaman yang telah dialami Indonesia dan Polandia.
Presiden menyampaikan hal itu sebelum mengikuti 'presidential lecturer' dari mantan presiden Polandia, Lech Walesa, di Istana Negara, Rabu (12/5). Walesa merupakan penerima nobel perdamaian. Dia dikenal sebagai sosok aktivis buruh yang meruntuhkan dominasi komunis di negaranya pada dekade 1980-an.
''Pengalaman Indonesia dan Polandia menunjukan bahwa transformasi itu tidaklah mudah. Transformasi adalah proses yang tidak pernah berhenti dan sering jatuh bangun,'' kata Presiden di Jakarta, Rabu (12/5).
Menurut Presiden, tidak pernah ada jaminan bahwa transformasi pasti akan berjalan dengan sukses. Dia menambahkan, banyak negara yang demokrasinya keropos dan bahkan runtuh karena tidak mampu mengatasi tekanan dan tantangan politik, ekonomi, dan sosial yang timbul dari proses transformasi itu. Indonesia sendiri pernah menghadapi tantangan multidimensional berat.
''Demikian beratnya cobaan yang kita alami, sampai ada yang memprediksi indonesia akan menjadi Balkan Asia, hancur berkeping-keping,'' katanya mengingat kembali. Namun, sejarah menunjukkan, Indonesia tidak runtuh, malah berdiri tegak dan menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia.
''Berbeda dengan Indonesia, Polandia memiliki posisi strategis bagi Eropa Timur. Pada saat itu harus menerima beban politik yang sangat berat dan komplek di tengah suasana perang dingin,'' jelasnya. Polandia juga mengalami tantangan politik, ekonomi, dan sosial sejak dimulainya gerakan Solidarity (uni perdagangan Polandia) pada 1980.