JAKARTA--Pengamat politik dari Universitas Indonesia, Ibramsyah, mengeritik tim sukses calon ketua umum Partai Demokrat (PD), Andi Malarangeng, yang menggunakan cara-cara feodal untuk mendapatkan kekuasaan.
"Cara-cara yang dilakukan Andi Mallarangeng sangat feodal dan dapat merusak demokrasi serta PD sendiri," kata Ibramsyah di Jakarta, kamis.
Di berbagai kesempatan tim pemenangan Andi Mallarangeng menjual kedekatan Andi dengan Susilo Bambang Yudhoyono dan menggunakan putranya, Edhie Baskoro, menjadi juru kampanyenya saat berkeliling ke daerah.
Menurut Ibramsjah, cara-cara seperti itu justru akan merusak demokrasi dan Partai Demokrat sendiri. "Ini sangat tidak sehat dan juga tidak jantan. Kalau mau bertarung, bertarunglah dengan sehat dan jual kemampuan diri, bukan dengan cara-cara itu," kata Ibramsjah.
Ibramsjah justru mencontohkan cara Anas Urbaningrum dan Marzuki Alie yang tidak pernah `menjual` hal-hal seperti itu. Sikap yang ditunjukkan oleh Andi, kata Ibramsjah, menunjukkan sikap kaum terjajah yang sangat tidak cocok untuk demokrasi.
"Pada kenyataannya ini jelas terlihat. Andi Mallarangeng dan timnya tidak memahami kultur Jawa dan hanya berbuat seolah-olah dia mengenal kultur Jawa," katanya. SBY yang orang Jawa asli, ujar Ibramsjah, tentunya akan paham apa maksud Andi. Sebagai presiden dan sebagai orang yang cerdas, SBY pasti bisa melihat hal ini.
Sementara pengamat politik Universitas Hasanudin, Makassar, Adi Cula, menyebut pernyataan Andi adalah abdi, menunjukkan dia orang yang akan melakukan apa saja buat sang raja. "Abdi dalam itu kan orang yang dianggap loyal dan dalam budaya Jawa orang loyal atau abdi dalam ini adalah orang yang dapat merealisasikan titah sang raja. Tapi masalahnya, apakah SBY dapat menerima dan terbuka pada orang Makassar sebagai seorang kepercayaannya," kata Adi Cula.