Selasa 21 Oct 2025 20:50 WIB

Satu Tahun Kepemimpinan Prabowo: Pertahanan Sebagai Instrumen Diplomasi

Pertahanan bukan hanya dipandang sebagai alat perang.

Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (kiri), Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (tengah) saat melaksanakan inspeksi pasukan dalam upacara HUT ke-80 TNI di kawasan Silang Monas, Jakarta, Ahad (5/10/2025). Pada peringatan HUT ke-80 TNI mengangkat tema besar TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju. Selain upacara, gelaran HUT ke-80 TNI ini menampilkan sejumlah atraksi pesawat tempur, terjung payung, pengibaran bendera Merah Putih di atas langit Jakarta hingga simulasi pembebasan tawanan oleh pasukan TNI.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Presiden Prabowo Subianto (kanan) didampingi Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin (kiri), Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto (tengah) saat melaksanakan inspeksi pasukan dalam upacara HUT ke-80 TNI di kawasan Silang Monas, Jakarta, Ahad (5/10/2025). Pada peringatan HUT ke-80 TNI mengangkat tema besar TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju. Selain upacara, gelaran HUT ke-80 TNI ini menampilkan sejumlah atraksi pesawat tempur, terjung payung, pengibaran bendera Merah Putih di atas langit Jakarta hingga simulasi pembebasan tawanan oleh pasukan TNI.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Bidang Hukum Pengurus Pusat Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Polri (PP GM FKPPI), Wahyu Sandhya Yudha, menilai satu tahun kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto menunjukkan arah baru dalam pembangunan sektor pertahanan nasional.

Menurutnya, Presiden Prabowo menggeser paradigma lama bahwa pertahanan hanya dipandang sebagai alat perang, menjadi instrumen diplomasi dan kekuatan tawar Indonesia di kancah geopolitik global.

Baca Juga

“Presiden Prabowo memandang pertahanan bukan sekadar alat militer, melainkan pilar utama kedaulatan dan diplomasi. Dengan pendekatan pertahanan yang kuat, Indonesia kini memiliki posisi tawar lebih tinggi dalam percaturan global,” ujar Sandhya dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (21/10/2025).

Ketua Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Jakarta ini menilai, langkah Presiden Prabowo memperkuat diplomasi pertahanan (defense diplomacy) terlihat dari berbagai inisiatif strategis yang dijalankan sejak awal masa pemerintahannya.

"Salah satunya, peningkatan kerja sama pertahanan dengan negara-negara mitra strategis seperti Amerika Serikat, Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Italy, Turki dan Prancis yang bukan hanya berorientasi pada pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista), tetapi juga pada transfer teknologi dan kemandirian industri pertahanan nasional", jelasnya.

Menurutnya, langkah konkret yang paling terlihat adalah keberanian Presiden dalam melakukan diversifikasi sumber alutsista dan membangun kemitraan teknologi pertahanan.

"Tentunya ini bukan hanya soal kekuatan tempur, tetapi juga positioning Indonesia sebagai negara dengan kemampuan pertahanan yang dihormati dunia,” lanjut Sandhya.

Lebih lanjut, baginya pendekatan Presiden Prabowo sangat jelas, bahwa pertahanan yang kuat akan memperkuat posisi Indonesia dalam negosiasi ekonomi, energi, dan politik luar negeri.

"Ini bentuk strategi pertahanan komprehensif yang berfungsi sebagai instrumen diplomasi dan stabilitas kawasan,” imbuhnya.

Menurut Wahyu, capaian ini juga memperlihatkan bahwa Prabowo tidak hanya fokus pada kekuatan fisik militer, tetapi juga pada aspek sosial, teknologi, dan diplomasi pertahanan, termasuk program pembinaan sumber daya manusia pertahanan melalui pendidikan bela negara dan kerja sama strategis di bidang pertahanan siber.

“Konsep pertahanan dalam kabinet merah putih di bawah Presiden Prabowo bersifat total, tidak hanya menyiapkan senjata tetapi juga membangun ketahanan bangsa melalui diplomasi dan partisipasi rakyat. Itulah bentuk pertahanan semesta yang sebenarnya, semoga ditahun-tahun berikutnya lebih mengokohkan pelibatan rakyat dalam perumusan kebijakan pertahanan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement