Kamis 16 Oct 2025 09:45 WIB

Mengatasi Obesitas tak Sekadar Menurungkan Angka di Timbangan

Keberhasilan penurunan berat badan tak hanya dari obat, tetapi perubahan kebiasaan.

Halodoc meluncurkan Halofit layanan klinik digital yang dirancang untuk penanganan berat badan secara personal di bawah pengawasan dokter, dengan pendekatan multidisiplin yang memadukan sains, teknologi, dan perubahan gaya hidup.
Foto: Halodoc
Halodoc meluncurkan Halofit layanan klinik digital yang dirancang untuk penanganan berat badan secara personal di bawah pengawasan dokter, dengan pendekatan multidisiplin yang memadukan sains, teknologi, dan perubahan gaya hidup.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Halodoc meluncurkan Halofit layanan klinik digital yang dirancang untuk penanganan berat badan secara personal di bawah pengawasan dokter, dengan pendekatan multidisiplin yang memadukan sains, teknologi, dan perubahan gaya hidup. Layanan baru ini dilatarbelakangi meningkatnya prevalensi obesitas di Indonesia yang kini menjadi tantangan serius bagi kesehatan masyarakat.

Berdasarkan data Survey Kesehatan Indonesia (SKI), angka obesitas nasional meningkat dari 21,8 persen pada 2018 menjadi 23,4 persen pada 2023. Diperkirakan lebih dari 68 juta orang dewasa akan hidup dengan obesitas pada 2025.

VP Consultation & Diagnostics Halodoc, Ignasius Hasim, mengatakan bahwa mengatasi obesitas bukan sekadar menurunkan angka di timbangan, tetapi membantu masyarakat membangun kesadaran dan kebiasaan hidup sehat yang berkelanjutan. Data Halodoc tahun 2024 menunjukkan, sebelum Halofit diluncurkan, sekitar 75 persen pasien nutrisionis Halodoc telah mencari dukungan untuk manajemen berat badan. "Namun sebagian besar masih berfokus pada pengaturan pola makan dan edukasi gaya hidup," ujarnya.

Menurutnya Halofit menghadirkan pendekatan yang lebih menyeluruh dengan menggabungkan edukasi, pendampingan dokter dan ahli gizi, teknolog, serta terapi medis berbasis bukti ilmiah. "Halofit menjadi langkah nyata kami untuk mendukung upaya pemerintah dalam menciptakan masyarakat yang lebih sehat dan produktif melalui penanganan obesitas yang komprehensif dan berkelanjutan,” ujarnya.

Data terbaru dari program Cek Kesehatan Gratis (CKG) Kemenkes pada Juni 2025 menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen perempuan dan 25 persen laki-laki mengalami obesitas sentral. Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit metabolik seperti diabetes dan hipertensi.

Selain itu, studi Awareness, Care and Treatment in Obesity Management (ACTION) yang dilakukan oleh Novo Nordisk di wilayah APAC ini menemukan bahwa diskusi mengenai berat badan masih terbatas. Hanya sekitar 30 persen individu dengan obesitas yang pernah mendiskusikan berat badan dengan profesional kesehatan dalam lima tahun terakhir.

Board of Wellness Halofit, dr Waluyo Dwi Cahyono SpPD-KEMD FINASIM menjelaskan obesitas merupakan kondisi medis kronis yang perlu penanganan menyeluruh. Jika tidak diatasi, risiko penyakit kronis lainnya dapat meningkat, seperti diabetes, jantung, hipertensi, dan stroke.

Sesuai Pedoman Nasional Pelayanan Klinis (PNPK) Obesitas 2025 dari Kementerian Kesehatan, pendekatan terbaik dilakukan secara terpadu yang menggabungkan perubahan gaya hidup, dukungan perilaku, terapi medis, dan pemantauan dokter. Terapi medis GLP-1 menjadi salah satu inovasi yang membantu pasien mengontrol berat badan relatif lebih aman apabila digunakan dalam pengawasan dokter.

Di Halofit, setiap pasien mendapatkan pendampingan menyeluruh, mulai dari asesmen kondisi tubuh hingga edukasi gaya hidup sehat. "Kami ingin masyarakat memahami bahwa kunci keberhasilan penurunan berat badan tidak hanya dari obat, tetapi dari perubahan kebiasaan yang konsisten, mulai dari makan lebih seimbang, aktif bergerak, menjaga motivasi dan konsistensi,” ujar Waluyo.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement