Selasa 14 Oct 2025 06:40 WIB

Rusia: Tanpa Pembentukan Negara Palestina, Perang akan Terus Berlanjut

Rusia sambut baik pertukaran sandera antara Hamas dan Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Warga menyambut tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel saat tiba di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin (13/10/2025). Israel membebaskan 1.966 warga Palestina yang menjadi tahanan. Warga Palestina dibebaskan dari penjara-penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok perlawanan Hamas. Sebaliknya Hamas juga membebaskan tahanan Israel.
Foto: AP Photo/Jehad Alshrafi
Warga menyambut tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel saat tiba di Khan Younis, Jalur Gaza, Senin (13/10/2025). Israel membebaskan 1.966 warga Palestina yang menjadi tahanan. Warga Palestina dibebaskan dari penjara-penjara Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata dengan kelompok perlawanan Hamas. Sebaliknya Hamas juga membebaskan tahanan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev menyambut proses pertukaran sandera dengan tahanan yang dilaksanakan antara Hamas dan Israel. Kendati demikian, Medvedev mengingatkan, hal itu tidak akan menciptakan perdamaian jika negara Palestina tak lekas didirikan.

"Membebaskan sandera Israel dan tahanan Palestina tentu saja merupakan hal yang baik, tetapi itu tidak akan menyelesaikan apa pun,” kata Medvedev di kanal Telegramnya, Senin (13/10/2025), dikutip Anadolu Agency.

Baca Juga

“Sampai negara Palestina yang sepenuhnya berdiri sesuai dengan resolusi PBB yang terkenal, tidak akan ada yang berubah. Perang akan terus berlanjut. Semua orang memahami hal ini," tambah Medvedev.

Hal senada turut disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov. Dia berharap, setelah rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump untuk Jalur Gaza terpenuhi, pembahasan tentang pembentukan negara Palestina segera dimulai.

"Saya berharap semua kesepakatan akan dipenuhi, bahkan di tengah pernyataan dari Hamas maupun Tel Aviv bahwa belum ada yang berakhir dan krisis dapat berlanjut," kata Lavrov, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Lavrov mencatat, dalam rencana perdamaiannya, Trump hanya menyinggung Jalur Gaza.

"Rencana tersebut menyebutkan status kenegaraan, tetapi susunan katanya sangat samar. Pendekatan-pendekatan ini perlu dijabarkan secara rinci, termasuk dengan menentukan seperti apa masa depan Tepi Barat nantinya," ucapnya.

Kendati demikian, Lavrov menyampaikan, Rusia siap menawarkan semua bantuan yang memungkinkan untuk pengimplementasian rencana perdamaian Trump untuk Gaza.

"Ketika rencana Trump sepenuhnya diimplementasikan dengan iktikad baik, kita harus segera beralih ke aspek praktis pembentukan negara Palestina dan mencari kompromi konkret berdasarkan keputusan yang disetujui oleh Dewan Keamanan PBB," ujarnya.

Sebagai bagian dari fase pertama kesepakatan gencatan senjata, Hamas, pada Senin (13/10/2025), telah membebaskan 20 warga Israel yang sebelumnya masih mereka sandera. Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 2.000 tahanan Palestina. Hamas menyampaikan akan turut menyerahkan jenazah empat tawanan Israel.

Dalam gencatan senjata fase pertama, pasukan Israel akan mundur secara bertahap dari seluruh Jalur Gaza. Selama dua tahun perang, agresi Israel ke Gaza telah membunuh lebih dari 67 ribu warga Palestina. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement