Rabu 27 Aug 2025 19:26 WIB

Siapa Penemu Parfum?

Parfum sudah dikenal sejak zaman Mesir Kuno.

Parfum (ilustrasi)
Foto: Antara
Parfum (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mula-mula, parfum cenderung merupakan benda ritual keagamaan. Ia berfungsi tidak sekadar pengharum badan.

David H Pybus dalam artikel “The History of Aroma Chemistry and Perfume” (2006) menjelaskan, kata perfume (bahasa Indonesia: parfum) berasal dari gabungan kata per dan fumum dalam bahasa Latin. Yang pertama berarti ‘lewat’ atau ‘menembus’, sedangkan yang kedua adalah ‘asap.’

Baca Juga

Dari bahasa tersebut, masyarakat Prancis memahami perfume sebagai 'benda yang menguap di udara akibat pembakaran serta bau wanginya menembus hidung.'

Berdasarkan etimologi itu, dapatlah dipahami bahwa parfum pada masa itu masih berupa benda padat. Wujudnya seperti dupa, alih-alih minyak yang bisa dioleskan.

Menurut Pybus, ada empat bangsa setelah zaman prasejarah yang diketahui mengembangkan dupa, yakni Mesopotamia, India, Mesir, dan Cina Kuno.

Orang-orang Mesopotamia yang menghuni sekitar Sungai Eufrat dan Tigris disebut-sebut sebagai penemu pertama dupa, sekitar tiga ribu tahun sebelum Masehi (SM). Para arkeolog telah menemukan sebuah batu pasak (cuneiform) berusia 1200 SM di Irak. Tulisan pada artefak itu mengungkapkan, seorang perempuan bekerja sebagai ilmuwan di istana (belatekallim). Di antara keahliannya adalah membuat dupa yang mengeluarkan aroma apabila dibakar.

Pybus mengatakan, orang-orang Mesir Kuno menemukan bahwa pasir dan abu ketika dicampur dan dibakar akan menghasilkan zat yang keras dan bening, yakni kaca. Apabila pembakaran itu ditambahi dengan batu kapur, kaca yang dihasilkan akan lebih tahan lama. Mereka lalu membuat wadah dengan bahan kaca itu sebagai penyimpan cairan wewangian. Inilah cikal-bakal parfum.

Bangsa Mesir Kuno juga menjadi yang pertama meracik alkohol. Cairan itu dimanfaatkan pula sebagai campuran untuk wewangian.

Wangi dupa diyakini mengiringi roh mereka naik ke surga. Saat pembalseman mumi, cairan pewangi pun dioleskan kepada tubuh si mayat. Konon, ketika menemukan makam Raja Tutankhamun pada abad ke-20, para peneliti mendapati banyak botol parfum di sekitarnya.

Dupa wewangian dipakai pula untuk kalangan istana yang menderita sakit. Para tabib Mesir Kuno percaya, aroma dupa tersebut dapat mengusir roh jahat yang “menjangkiti” tubuh si pasien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement