Senin 18 Aug 2025 02:58 WIB

Momen Kemerdekaan, PalmCo Boyong Puluhan Petani Sawit ke Jakarta

Para petani tersebut turut berjasa dalam membangun ekonomi bangsa.

PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo mengundang puluhan petani sawit dari berbagai kabupaten dan kota di Indonesia untuk mengunjungi kantor pusatnya di Jakarta.
Foto: PalmCo
PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo mengundang puluhan petani sawit dari berbagai kabupaten dan kota di Indonesia untuk mengunjungi kantor pusatnya di Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Perkebunan Nusantara IV PalmCo mengundang puluhan petani sawit dari berbagai kabupaten dan kota di Indonesia untuk mengunjungi kantor pusatnya di Jakarta. Sebanyak 42 orang petani dari 38 lembaga pekebun yang didampingi pengurus Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir), diterima langsung oleh Direktur Utama PTPN IV PalmCo, Jatmiko Santosa, dan Direktur Hubungan Kelembagaan Irwan Perangin-angin, di Gedung

Agro Plaza jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.

“Kami sangat bersyukur, pada momentum bulan kemerdekaan ini, kita dapat bersilaturahmi dengan perwakilan petani sawit yang ada di Nusantara," buka Jatmiko dalam keterangan tertulisnya, Ahad (17/08).

Menurutnya, para petani tersebut turut berjasa dalam membangun ekonomi bangsa melalui produksi tandan buah segar sawit mereka yang kemudian diolah menjadi CPO ataupun produk turunan lainnya. Sehingga tidak hanya mampu memenuhi kebutuhan pangan dan energi di dalam serta luar negeri, tapi juga membuka lapangan pekerjaan sampai mendatangkan devisa bagi negara.

"Bapak ibu adalah pejuang masa kini, yang melalui kebun sawit masingmasing, telah berkontribusi banyak buat negeri ini,” ujarnya.

Puluhan petani yang sengaja diundang sub Holding PTPN III (Persero) ini datang dari beragam provinsi dan pulau seperti Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Palembang, Jawa Barat, hingga beberapa titik di pulau Kalimantan dan Sulawesi. Diluar perjalanan pergi dan kembali, aktivitas utama dilangsungkan selama dua hari.

Acara diawali dengan pertemuan dan diskusi langsung antara petani dengan direksi, menyaksikan proses kerja dan digitalisasi perusahaan melalui dashboard yang ada di kantor Jakarta. Kemudian pada hari berikutnya para peserta menerima pembekalan teknis dan pengembangan kapasitas yang dilangsungkan di Kota Bandung, Jawa Barat.

Tidak hanya mempersiapkan acara, PalmCo juga memfasilitasi penuh transportasi dan akomodasi petani. Disebutkan Jatmiko, pihaknya ingin menyatukan visi pekebun sawit smallholders, utamanya dalam kondisi tantangan industri edible oil (minyak yang dapat dimakan) global hari ini. Menurutnya, Indonesia tidak boleh terlena dengan status sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia.

Jatmiko menyatakan tingkat pertumbuhan per tahun CPO Indonesia selama rentang lima tahun terakhir cenderung stagnan, hanya 1,04 persen. Capaian itu di bawah CAGR minyak nabati lain seperti kedelai (soybean) di 2,98 persen atau bahkan rapeseed yang mampu menembus 6,25 persen. "Kedudukan sawit sebagai yang terproduktif dan termurah, sangat berpotensi disalip komoditas lain," ujarnya.

"Dan itu tentunya akan berisiko, tidak hanya bagi industri sawit nasional itu sendiri, namun juga untuk ekonomi bangsa hingga kesejahteraan petaninya,” kata Jatmiko menambahkan.

Lebih jauh, Jatmiko menegaskan program Peremajaan Sawit Rakyat yang dicanangkan pemerintah bisa menjadi game changer dalam mendongkrak produksi minyak sawit nasional. Sebab, kebun sawit rakyat yang secara komposisi memiliki porsi terbesar dari luas perkebunan sawit di Indonesia, produktivitas CPO-nya berada jauh di bawah pelaku sawit lain akibat usia tanaman yang sudah tua.

Sawit rakyat protasnya hanya berkisar di 2 - 3 ton CPO per hektare per tahun. Terkendala akibat usia tanaman yang kebanyakan tua bahkan renta. Tapi realisasi PSR nasional sebagai solusinya, ternyata sangat jauh dari sasaran. Rata-rata di bawah 50 persen per tahun. "Itu kenapa penting bagi kita bersama untuk memperluas dan mengakselerasi PSR,” ucapnya.

Sejumlah petani yang hadir membagikan pengalaman mereka pasca-bermitra dengan PalmCo. Dista Khoesnul, petani sekaligus pengurus KUD Tunas Muda mengaku hidupnya berubah sejak bermitra dengan PalmCo. “Dulu penghasilan pas-pasan, sekarang saya bisa menyekolahkan anak sampai sarjana,” ucapnya.

Sama halnya dengan Hadianto, Ketua Koperasi Produsen Makarti Jaya yang berada di Kecamatan Tandun Kabupaten Rokan Hulu, mengukukuhkan single manajemen yang dijalankan PalmCo memang layak mendapat prediket the best role model dari Kementerian Pertanian. “Kita dikawal dari awal, mulai dari proses proposal sampai seluruh proses peremajaan (replanting) hingga menghasilkan,” sebut Hadi.

Hadi menjelaskan, di Tanaman Menghasilkan Tahun Pertama mencapai 18 ton per hektar per tahun. Lalu TM II 21 ton dan TM III mencapai 23 ton. “Alhamdulillah produksi kami di atas standar nasional,” tegasnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement