Senin 28 Jul 2025 11:51 WIB

Kena Mental, Tentara IDF Pilih Dipenjarakan Ketimbang Kembali ke Gaza

Ribuan tentara Israel mengalami trauma psikologis berat.

Seorang tentara Israel keliru mengira dia mendengar sirene serangan udara dan melompat ke tanah untuk berlindung di Kibbutz Beri pada 20203 lalu.
Foto: AP Photo/Ohad Zwigenberg
Seorang tentara Israel keliru mengira dia mendengar sirene serangan udara dan melompat ke tanah untuk berlindung di Kibbutz Beri pada 20203 lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Empat anggota pasukan penjajahan Israel (IDF) menolak kembali berperang di Gaza dengan alasan trauma pribadi. Tiga di antara mereka, yang bertugas di Brigade Infanteri Nahal, dipecat dari tugas tempur dan dipenjara karena pembangkangan.

Kasus ini pertama kali dilaporkan oleh lembaga penyiaran publik Israel Kan dan kemudian dikonfirmasi oleh IDF. Menurut Kan, empat tentara di Batalyon 931 Nahal diberhentikan dari pertempuran karena menolak memasuki Gaza setelah beberapa putaran pertempuran di Jalur Gaza.

Baca Juga

Tiga orang telah dijatuhi hukuman dan akan menjalani hukuman tujuh hingga 12 hari penjara, sedangkan yang keempat belum dijatuhi hukuman. Kan melaporkan bahwa keempat orang tersebut mengatakan kepada komandan mereka bahwa mereka tidak dapat memasuki Gaza lagi karena “krisis internal yang mendalam.”

IDF menanggapi laporan tersebut dengan mengatakan bahwa tiga prajurit Brigade Nahal “menolak untuk ikut serta dalam pertempuran di Jalur Gaza.” Pihak militer mencatat bahwa tentara tersebut bertemu dengan petugas kesehatan mental, “yang memutuskan bahwa mereka sehat untuk berpartisipasi dalam pertempuran.” 

“Setelah prosedur disipliner, para pejuang tetap mempertahankan penolakan mereka dan oleh karena itu dijatuhi hukuman penjara di penjara militer,” kata IDF.

photo
Daftar Kejahatan Tentara Israel - (Republika)

IDF mengatakan bahwa kasus ini ditangani dengan “sensitivitas dan sesuai dengan perintah,” seraya menambahkan bahwa mereka memandang “pemberontakan sangat serius, terutama selama pertempuran.”

Kan juga mengutip ibu dari salah satu dari empat tentara yang mengatakan bahwa mereka telah kehilangan banyak rekan dalam pertempuran dan dihadapkan pada pemandangan yang sulit serta mengalami pengalaman tragis. “Hal-hal ini tertanam dalam jiwa mereka,” kata sang ibu.

Ima Era (Wide-Awake Mother), sebuah organisasi ibu-ibu tentara IDF, mengatakan dalam sebuah pernyataan yang dimuat oleh harian Haaretz bahwa “ketika tentara berulang kali berteriak bahwa mereka tidak dapat melanjutkan, ini bukanlah ‘masalah disiplin’. Ini adalah dakwaan yang memberatkan terhadap sistem yang telah mendorong rakyatnya ke batas daya tahan mereka.”

Menurut the Times of Israel, pihak militer Israel menghadapi masalah yang semakin besar karena para prajurit cadangan tidak hadir untuk bertugas. Namun, empat tentara yang ditindak oleh pihak militer pada Ahad adalah wajib militer, dan penolakan jarang terjadi di antara mereka.

IDF juga menghadapi krisis kesehatan mental, termasuk peningkatan jumlah dugaan bunuh diri di kalangan militer sejak perang di Gaza dimulai. Hanya dalam beberapa minggu terakhir, empat tentara, termasuk seorang tentara cadangan yang sedang tidak bertugas, telah meninggal karena dugaan bunuh diri, sehingga jumlah total kasus serupa sejak awal tahun menjadi 19 orang.

Jumlah korban Israel dalam serangan darat terhadap Hamas di Gaza dan dalam operasi militer di sepanjang perbatasan dengan Jalur Gaza mencapai 459 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement