REPUBLIKA.CO.ID, PEMALANG -- Gerakan Pemuda (GP) Ansor menyesalkan peristiwa kekerasan yang terjadi saat acara peringatan bulan Muharam di Desa Pegundan, Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah pada Rabu (23/7/2025) malam. Kepala Satkornas Banser Muhammad Syafiq Syauqi mengatakan, penggunaan kekerasan dalam bentuk apapun tidak dapat ditolerir.
"Kami mengutuk keras setiap bentuk kekerasan dan penggunaan senjata tajam, khususnya dalam peristiwa di Pemalang. Dalam iklim demokrasi, perbedaan pendapat dapat terjadi kapan saja, namun semua pihak wajib menahan diri dan menjaga suasana damai,” ujar Syauqi dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Kericuhan di Pemalang melibatkan dua organisasi massa, yakni Perjuangan Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) dan Front Persatuan Islam (FPI), saat Muhammad Rizieq Shihab tiba di lokasi pengajian. Berdasarkan informasi yang beredar, bentrokan dipicu oleh aksi massa PWI-LS yang menolak kehadiran Rizieq Shihab.
Peristiwa tersebut menyebabkan lima orang terluka, termasuk seorang anggota kepolisian, akibat serangan senjata tajam dan lemparan batu. Saat ini, seluruh korban tengah menjalani perawatan di RS Siaga Medika Pemalang. Syauqi menegaskan siapa pun pelaku kekerasan harus diproses hukum.
"Kami mendukung penuh proses hukum yang transparan dan adil. Siapapun yang terbukti melanggar hukum harus ditindak dengan sanksi setimpal. Namun penanganannya harus tetap bijak agar tidak memperuncing konflik di akar rumput," kata Syauqi.
Dalam kaitan ini, Syauqi mengapresiasi langkah cepat aparat kepolisian dan pemerintah daerah yang segera mengamankan lokasi dan mengevakuasi korban sehingga situasi tidak semakin meluas. Langkah preventif kepolisian disebutnya penting dalam mencegah konflik horizontal berkembang ke wilayah lain.
Hingga kini, pihak kepolisian belum merilis keterangan resmi terkait jumlah korban dan identitas pelaku. Namun pengamanan di wilayah Petarukan dan sekitarnya diperketat untuk mencegah eskalasi konflik.
Melihat situasi yang belum sepenuhnya kondusif, GP Ansor mendorong agar peristiwa ini dijadikan momentum memperkuat ruang komunikasi antarorganisasi keagamaan.
Syauqi menyerukan kepada para kiai, pengasuh pondok pesantren, dan tokoh masyarakat untuk mengambil peran sebagai penyejuk suasana dan mencegah provokasi lebih lanjut.
"GP Ansor siap menjadi fasilitator dialog untuk menghindari disinformasi dan kekerasan berulang. Kita harus memperkuat ukhuwah Islamiyah, bukan memperlebar jurang perpecahan," ujar Syauqi.
Syauqi juga kembali menekankan pentingnya menjaga perdamaian serta mengedepankan semangat ukhuwah dalam menyikapi perbedaan di tengah masyarakat.
Ia berharap semua elemen ormas, termasuk yang berbasis keagamaan, dapat menjadi teladan dalam menyelesaikan konflik secara damai.