REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji meminta para tokoh agama ikut mengedukasi tentang pentingnya Makan Bergizi Gratis (MBG) di 1.000 hari pertama kehidupan (HPK), atau usia 0-2 tahun untuk mencegah stunting.
"Saya tugasnya mengedukasi, memberi bantuan MBG bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD. Tugas tokoh agama, pelan-pelan untuk menjelaskan pentingnya amanah dari Tuhan. Punya anak, tolong itu anak dirawat dan dikasihi. Caranya, dijaga asupan gizinya minimal dua tahun," ujar Wihaji di Jakarta, Kamis.
Menurutnya, periode 1.000 HPK yang dimulai sejak ibu hamil hingga bayi berusia dua tahun sangat penting menentukan tumbuh kembang anak. Jika terlambat diintervensi dan sang anak terindikasi stunting, maka persentase kesembuhan hanya 20 persen.
Kontribusi tokoh agama selama ini turut andil dalam penanganan stunting, utamanya dalam konteks pranikah untuk mempersiapkan dan mengedukasi calon pengantin. Selain itu, tokoh agama juga telah berkolaborasi dengan posyandu, gereja, sinode, hingga masjid.
Wihaji mencontohkan, di Nusa Tenggara Timur (NTT), tokoh agama juga memiliki program distribusi telur mingguan bagi ibu hamil dan balita melalui pengembangan ekonomi berbasis jemaat, dan memberikan materi edukasi stunting dalam pembinaan pranikah oleh Kantor Urusan Agama (KUA).
Menteri juga menyampaikan rencana pembentukan kerangka kerja kolaboratif antara kementerian dan lembaga keagamaan, termasuk pelibatan tokoh agama dalam kegiatan edukasi, penguatan posyandu, dan program pembinaan keluarga.
“Pendekatan apa yang akan dipakai, kalau bisa menyesuaikan dengan kearifan lokal, sebab, kalau pakai cara Jakarta belum tentu bisa dipakai di daerah lain. Pendekatannya dua, pendekatan agama dan adat, posyandu juga dilibatkan," katanya.
Dalam rangka memperingati Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-32, Wihaji berdiskusi dengan para tokoh agama di NTT pada Rabu (25/6) bersama Gubernur NTT Emanuel Melkiades Laka Lena di kantor gubernur NTT, Kupang.
NTT dipilih karena prevalensi stunting di provinsi tersebut masih cukup memprihatinkan, mencapai 37 persen, dan di atas rata-rata angka stunting nasional sebesar 19,8 persen. Artinya, dari 10 anak yang lahir, empat di antaranya mengalami stunting.
Wihaji menemui berbagai tokoh agama untuk bersinergi dan melakukan diskusi bersama terkait isu stunting yang masih banyak ditemui di NTT. Pertemuan tersebut juga dihadiri tokoh perwakilan agama Islam, Kristen, dan Katolik.
Diskusi itu didasari atas pentingnya intervensi tokoh agama dalam mempengaruhi kehidupan bermasyarakat di NTT. Melalui pendekatan spiritual dan budaya, Mendukbangga yakin masyarakat NTT akan lebih tergerak.