REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Kelompok pemberontak Houthi di Yaman mengeluarkan peringatan kepada Amerika Serikat (AS) dan Israel bahwa serangan militer terhadap Iran bisa berakibat pada sebuah eskalasi konflik baru di Timur Tengah. Pada Rabu (11/6/2025), Houthi menyatakan gencatan senjata dengan AS yang sebelumnya telah tercapai bisa terancam.
"Kami...berada di level tertinggi dalam hal kesiapan untuk kemungkinan eskalasi dari AS terhadap kami," kata seorang sumber Houthi kepada Newsweek.
"Eskalasi apapun terhadap Republik Islam Iran juga berbahaya dan akan menyeret satu kawasan dalam neraka peperangan... Itu tentu bukan kepentingan untuk rakyat Amerika yang akan terlibat dalam perang baru melayani Israel."
Terkait ancaman Houthi ini, Kantor Perdagangan Maritim UK (UKMTO) dari Angkatan Laut mengeluarkan peringatan kepada kapal-kapal pada Rabu, mengingatkan operator bahwa telah diwaspadai sebuah risiko dari "sebuah eskalasi dari aktivitas militer yang berhubungan langsung dengan aktivitas kelautan."
Para kelasi-kelasi kapal dinasihatkan untuk beroperasi secara waspada di area Teluk Arab, Teluk Oman, dan Selat Hormuz, selama periode eskalasi. Periode eskalasi yang dimaksud saat ini berpusat pada pandangan Israel yang menilai program nuklir Iran sebagai ancaman.
Perundingan antara AS dan Iran diperkirakan akan gagal, meski awalnya diklaim mengalami kemajuan, dan Presiden Donald Trump telah mengekspresikan rasa frustrasinya atas kecepatan proses negosiasi. Sama seperti perundingan pada 2015, Iran menolak untuk menyerah atas hak mereka memperkaya uranium, di mana pemerintahan Trump menuntut untuk dilucuti sepenuhnya atau dipindahkan ke negara ketiga.
View this post on Instagram