REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Pusat Studi Perbatasan dan Pesisir (PSPP) Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) memberikan pelatihan Budidaya dan Usaha Lobster untuk meningkatkan kewirausahaan pada kelompok nelayan Sebubus Kecamatan Paloh, Sambas, Kalimantan Barat. Kegiatan ini dilaksanakan selama lima hari sejak 19 hingga 23 Mei 2025.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program Desa Berdikari yang digagas oleh Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia. Berlangsung di Kilang Multifungsi Sebubus, lokasi ini dipilih karena menjadi pusat aktivitas produksi ubur-ubur dan lobster yang strategis di kawasan tersebut.
Sejak tahun 2022, PSPP UMJ menjalin kemitraan yang telah berlangsung selama lebih dari tiga tahun untuk mendukung penguatan ekonomi pesisir berbasis syariah. Muhammadiyah melalui PSPP UMJ bertindak sebagai mitra strategis pelaksana di wilayah perbatasan dan pesisir.
Pelatihan ini bertujuan untuk memperkenalkan teknik budidaya lobster yang ramah lingkungan sebagai alternatif pengembangan usaha perikanan di pesisir Paloh. Selama ini, kegiatan usaha lobster di wilayah tersebut masih didominasi oleh praktik penangkapan langsung dan penjualan tanpa pengolahan lanjutan.

Melalui pelatihan ini, diharapkan para nelayan dapat mulai beralih ke sistem budidaya yang berkelanjutan, sehingga usaha lobster tidak hanya menjadi sumber pendapatan jangka pendek, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi yang lebih stabil dan berkelanjutan bagi masyarakat pesisir.
Kegiatan ini diisi oleh Ketua PSPP Endang Rudiatin. Ia memberikan materi kebijakan dan peraturan menteri Kelautan dan Perikanan tentang lobster. Menurutnya, pelatihan ini membuat kelompok nelayan membangun usahanya bukan musiman namun berkelanjutan.
“Keberadaan kilang multifungsi ubur-ubur dan lobster dapat memberikan dampak ekonomi yang konkret bagi masyarakat, khususnya bagi para nelayan dan pelaku UKM perempuan di wilayah pesisir,” ujarnya.
Endang berharap para nelayan dapat memanfaat kebijakan baru tentang benur yang boleh diekspor, terutama posisi mereka bersebelahan dengan negara lain seperti Singapura dan Malaysia.
Ketua kelompok Nelayan Kampak, Nedi Jaini sangat bersyukur dengan diadakannya program ini. Ia menyampaikan pembinaan yang diberikan oleh PSPP UMJ dan BI tidak berhenti pada pemberian sarana, namun kami tetap didampingi dalam proses produksi, pelatihan mengelola dan rencananya hingga pendampingan pemasaran.
“Pelatihan budidaya lobster ini bisa menjadi langkah maju bagi kelompok nelayan,” ujar Nedi.
Selama lima hari pelatihan, peserta diajak praktik langsung mulai dari mempersiapkan kolam tertutup, mempersiapkan alat tangkap yang aman, cara pemeliharaan, teknik pemberian pakan, hingga pengelolaan kualitas air. Materi ini dikombinasikan dengan sesi diskusi kelompok dan mentoring usaha. Selanjutnya usaha lobster akan dimulai pekan depan Mei 2025.
Camat Paloh Budi Susanto mengatakan elayan dapat memanfaatkan peluang usaha lobster untuk peningkatan ekonomi mereka.
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, PSPP UMJ dan BI berkomitmen untuk terus mendampingi kelompok nelayan dalam menyusun rencana usaha, memperoleh izin usaha, serta menjajaki akses pembiayaan mikro syariah.