Selasa 06 May 2025 16:54 WIB

Sambut ASEAN Pasca-2025, Kesehatan Digital Jadi Agenda Bersama Lewat Global Future Fellows

Kesenjangan teknologi memperlemah ketahanan kolektif kawasan.

Global Future Fellows (GFF) 2025: Powering ASEANs Digital Health Future.
Foto: Dok. Web
Global Future Fellows (GFF) 2025: Powering ASEANs Digital Health Future.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tantangan kesehatan di Asia Tenggara semakin kompleks—tak hanya dari penyakit menular yang terus berevolusi, tapi juga dari lonjakan penyakit tidak menular yang membebani sistem layanan kesehatan. Di sisi lain, ketimpangan akses, minimnya layanan yang inklusif dan akurat, serta kesenjangan teknologi memperlemah ketahanan kolektif kawasan. Untuk menjawab tantangan ini, transformasi sistem kesehatan yang lebih tangguh, terintegrasi, dan berbasis digital diperlukan.

ASEAN saat ini tengah menyusun Visi Pasca-2025, yang salah satu pilarnya adalah penguatan ketahanan kesehatan kawasan. Pijar Foundation meluncurkan Global Future Fellows (GFF) 2025: Powering ASEAN’s Digital Health Future untuk mendukung proses penyusunan visi tersebut. GFF 2025 merupakan sebuah program kolaboratif lintas negara dan sektor yang mempertemukan pemimpin muda ASEAN dari berbagai latar belakang untuk memperkuat fondasi kebijakan dan inovasi di sektor kesehatan digital.

Program ini akan berlangsung hingga Oktober 2025 dan mencakup learning journey di tiga negara ASEAN serta pembekalan dari para pakar dan praktisi kesehatan digital terkemuka di kawasan. Indonesia menjadi lokasi kunjungan pertama, dilaksanakan pada 28–30 April 2025.

Selama di Indonesia, para peserta mengunjungi sejumlah institusi penting, termasuk Kementerian Luar Negeri RI, Kementerian Kesehatan RI, ASEAN BioDiaspora Virtual Centre (ABVC), dan Asosiasi Telemedik Indonesia (ATENSI). Dalam kunjungan ini, para Fellows mendalami berbagai aspek transformasi sistem kesehatan Indonesia—mulai dari inisiatif SATUSEHAT, penguatan ekosistem telemedisin, hingga tata kelola data kesehatan yang terintegrasi dan responsif.

"Program ini menjadi ruang kolaboratif yang diperlukan ASEAN sebagai sebuah One Community. Melalui GFF, suara pemimpin muda ASEAN dapat berkontribusi langsung dalam pembentukan arah kebijakan regional di sektor kesehatan digital,” Direktur Eksekutif Pijar Foundation Cazadira F. Tamzil.

Ia juga menambahkan bahwa GFF memberi kesempatan kepada para pemimpin muda ASEAN untuk memahami ekosistem kesehatan digital Indonesia secara menyeluruh dan komprehensif, sekaligus menjalin koneksi strategis lintas negara.

Pada pembukaan diskusi dengan Kementerian Kesehatan, Setiaji, Staf Ahli Menteri Kesehatan RI Bidang Teknologi Kesehatan, menekankan pentingnya pemahaman holistik dalam menyusun strategi kesehatan digital di tingkat regional. Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi ASN Kementerian Kesehatan RI menyampaikan bahwa GFF membuka peluang kolaborasi pengembangan talenta kesehatan digital antara Indonesia dan negara-negara ASEAN. Kemitraan dengan Pijar Foundation dalam program ini diharapkan dapat menjadi contoh praktik baik yang diperluas ke berbagai negara di kawasan.

Dalam Dialog dengan Kementerian Luar Negeri, Yuliana Bahar, Direktur Kerja Sama Sosial

Budaya ASEAN, mengatakan, karakteristik peserta GFF dari berbagai latar belakang budaya, profesi, dan keahlian, kiranya dapat memberikan perspektif menyeluruh dan berkontribusi bagi ASEAN, khususnya dalam momentum implementasi dan monitoring ASEAN Community Vision 2045 dan penyusunan ASEAN Health Development Agenda.

Sebagai edisi kelima, GFF 2025 hadir dengan format yang lebih regional dan strategis dibanding edisi sebelumnya. Dengan mengedepankan pembelajaran lintas negara dan lintasnsektor, program ini diharapkan dapat memperkuat kontribusi generasi muda dalammewujudkan sistem kesehatan digital ASEAN yang lebih adil, tangguh, dan terintegrasi.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement