REPUBLIKA.CO.ID, Harga emas dunia berpotensi tembus 4.000 dolar AS per troy ounce pada 2025. Hal itu berdasarkan prediksi analis mata uang dan emas, Lukman Leong pada Rabu (16/4/2025).
Sebagaimana diketahui, harga emas naik 2 persen, menembus angka 3.300 dolar AS per troy ounce untuk pertama kalinya dalam sejarah, menurut data perdagangan yang dirilis pada Rabu. Pada pukul 04.57 GMT, harga emas untuk kontrak berjangka bulan Juni di bursa New York Comex naik sebesar 61,22 dolar AS menjadi 3.301,62 dolar AS per troy ounce.
“Sangat mungkin (naik), 4.000 dolar AS pun bisa tahun ini,” ujar Lukman.
Perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China yang kian memanas menjadi faktor kuat yang mendorong naiknya harga emas dunia. Baru-baru ini, China merespons AS dengan menginstruksikan maskapai nasionalnya untuk menghentikan impor pesawat produksi Boeing dari AS. Hal ini menurut Lukman, menandai babak baru dalam eskalasi perang tarif antarkedua negara tersebut.
"(Situasi) malah memburuk setelah China menyetop impor Boeing dan denda besar oleh pemerintah AS terhadap NVIDIA dari penjualan cip AI ke China. Dolar AS yg masih terus melemah semakin melambungkan harga emas," jelasnya.
Lebih lanjut, merespons masyarakat yang berbondong-bondong membeli logam mulia, Lukman menilai hal tersebut merupakan fenomena yang wajar. Namun dirinya mewanti-wanti adanya kelangkaan emas fisik akibat melonjaknya permintaan emas fisik.
“Saya kira memang emas fisik sudah langka sekarang,” terangnya.
Sementara, pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi memproyeksikan harga emas dunia dapat mencapai 3.600 dolar AS per troy ounce pada 2025 “Outlook harga emas berubah di tahun ini, bukan 3.400 lagi. Bisa di 3.600 (dolar AS per troy ounce),” ujar Ibrahim di Jakarta, Rabu.
Pada kuartal II-2025, Ia memproyeksikan harga emas dunia bisa mulai menembus level 3.400 dolar AS per troy ounce. “Kalau (Rabu) siang ini sudah tembus di 3.300, berarti target 3.400 dolar AS per troy ounce bisa di kuartal II-2025,” ujar Ibrahim.
Ibrahim menjelaskan, saat ini sentimen yang mendorong penguatan harga emas, di antaranya masih berlangsungnya tensi perang dagang di tingkat global, utamanya antara AS dan China. Ia melanjutkan, meningkatnya tensi geopolitik di kawasan Timur Tengah, yang menyangkut negara-negara diantaranya Iran, Kuwait, AS, dan Israel.
Selain itu, meningkatnya ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) akan lebih banyak menurunkan suku bunga acuannya sepanjang sisa tahun 2025. Ekspektasi sikap dovish bank sentral AS itu seiring menurunnya tingkat inflasi AS dari 2,8 persen menjadi 2,4 persen pada Maret 2025, atau mendekati target The Fed sebesar 2 persen.
