Rabu 16 Apr 2025 09:10 WIB

100 Ribu di Israel Teken Petisi Tolak Perang di Gaza

Sebanyak 15 petisi telah dilayangkan untuk menolak perang di Gaza.

Peti mati tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza saat dibawa saat pemakamannya di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, Selasa, 11 Juni 2024.
Foto: AP Photo/ Ohad Zwigenberg
Peti mati tentara Israel yang tewas dalam pertempuran di Jalur Gaza saat dibawa saat pemakamannya di pemakaman militer Mount Herzl di Yerusalem, Selasa, 11 Juni 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Media Israel melaporkan bahwa jumlah warga Israel yang menandatangani petisi yang menyerukan diakhirinya perang dan kembalinya tahanan di Jalur Gaza telah melebihi 100.000 dalam lima hari. Hal ini  menunjukkan bahwa krisis protes di antara pasukan cadangan jauh lebih besar daripada yang diumumkan.

Surat kabar Haaretz mengkonfirmasi bahwa tentara telah memutuskan untuk mengurangi jumlah pasukan cadangan di zona tempur dan mengurangi perintah pemanggilan yang dikirimkan kepada mereka menyusul protes yang menuntut diakhirinya perang. Sumber tersebut mengatakan, keputusan pemberhentian tentara cadangan yang menandatangani petisi protes mendapat tekanan dari eselon politik.

Baca Juga

Dia mencatat bahwa ada kesadaran di kalangan tentara bahwa keputusan Kepala Staf Eyal Zamir untuk memecat tentara cadangan Angkatan Udara yang ikut menandatangani petisi telah menjadi bumerang. Dia menambahkan bahwa para perwira militer percaya bahwa kurangnya kepercayaan tentara cadangan terhadap misi yang ditugaskan kepada mereka dapat membahayakan rencana militer.

Surat kabar tersebut mencatat bahwa tentara telah mulai mengerahkan lebih banyak unit reguler ke Gaza untuk mengurangi ketergantungan pada tentara cadangan, namun banyak dari mereka merasa kesulitan untuk mematuhi perintah karena berbagai alasan.

Di sisi lain, Kepala Staf Eyal Zamir mengatakan dia tidak akan membiarkan perbedaan pendapat menyusup ke dalam jajaran tentara, dan menekankan bahwa tentara cadangan memiliki hak untuk mengekspresikan pendapat mereka "di luar tugas cadangan, sebagai warga sipil, mengenai masalah apa pun dan dengan cara yang demokratis."

photo
Orang-orang mengambil bagian dalam protes menentang Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di Tel Aviv, Israel, Sabtu, 22 Maret 2025. - ( AP Photo/Ohad Zwigenberg)

Dia menambahkan bahwa terdapat cukup banyak metode dan tempat untuk melakukan protes sipil, dan upaya untuk menyeret militer ke dalam masalah ini, termasuk berbicara sebagai kelompok atas nama unit militer, tidak dapat diterima dan tidak akan diizinkan.

Ia juga menekankan bahwa tujuan pertempuran di Gaza terutama untuk membela Israel, memulangkan para tahanan, dan mengalahkan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas).

Patut dicatat bahwa Israel telah merekrut sekitar 360.000 tentara cadangan untuk berpartisipasi dalam perang pemusnahan di Gaza sejak diluncurkan pada 7 Oktober 2023. Menurut perhitungan yang dilakukan Anadolu Agency, dalam beberapa hari terakhir, setidaknya 6.037 anggota institusi militer, keamanan, dan intelijen telah menandatangani 17 petisi yang menegaskan perlunya memulangkan tahanan dari Gaza, bahkan dengan mengorbankan gencatan senjata.

22.500 orang dari organisasi masyarakat sipil juga menandatangani 10 petisi sebagai solidaritas terhadap mereka yang menyatakan bahwa Perdana Menteri Benjamin Netanyahu melakukan perang pemusnahan untuk tujuan politik pribadi, bukan tujuan keamanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement